Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Bill Gates Mengubah Lima Ekor Ayam Menjadi 1.000 Dollar

7 April 2022   14:04 Diperbarui: 8 April 2022   00:58 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.freemanfarm.biz

Sebenarnya cerita berawal dari pertanyaan seseorang kepada Bill Gates, tentang apa yang akan dilakukan jika memiliki pendapatan 2 dollar per hari. Lantas ia menjawabnya dengan memelihara ayam.

Cerita ini jauh dari ekspektasi kita tentang Bill Gates. Hanya saja Gates mungkin menganggap idenya tentang memelihara ayam dan niatnya membantu ekonomi keluarga kecil, seperti  bicara tentang komputer.

Tapi ini cerita menarik dari seorang pemilik perusahaan komputer terbesar dunia. 

Gates, 2 dollar dan Ayam

Cukup rasional, ketika Gates kemudian mulai memikirkan gagasannya tentang bagaimana ia memutuskan membeli 5 ekor ayam dapat menjadi solusi untuk mendapat lebih dari 1.000 dollar AS setahun. Nilai penghasilan yang sudah melebihi ambang batas kemiskinan ekstrem sekitar 700 dollar AS setahun.

Bagaimana jalan pikirnya?. Mengapa kemudian Gates memutuskan memilih memelihara ayam?.

Analisa bisnis sederhana mengatakan kepada Gates, apakah orang dengan pendapatan hanya 2 dollar AS per hari, bisa menjadi lebih sejahtera?. Apa yang bisa dilakukan dengan kondisi itu.

Lantas ia menceritakan tentang bagaimana ia sebagai "anak kota"-kebetulan ia lahir dan besar di kota Seattle, Amerika Serikat, merasa takjub pada kehidupan orang-orang miskin yang memelihara ayam di beberapa negara yang pernah dia kunjungi.

Ayam adalah "mesin uang". 

Gates berkesimpulan, bahwa kehidupan orang miskin di desa, akan membaik jika mau memelihara ayam. Dengan beberapa alasan;

Pertama; ayam mudah dan murah untuk dipelihara. Ayam bisa makan apapun yang mereka temukan di tanah, meski lebih baik jika kita bisa memberi mereka pakan konsentrat biar tumbuh lebih cepat.

Tapi alternatif ini tidak disarankan bagi yang berpenghasilan pas-pasan dan berharap dari ayam sebagai sumber tambahan pendapatan. Kecuali jika mau berhitung lebih cermat dan detil. Jangan sampai rugi.

Kedua; Ayam, merupakan investasi yang bagus. Sebagai ilustrasi sederhana menurut Gates, jika seorang petani memelihara lima ekor ayam. Tetangganya memiliki seekor ayam jantan untuk mengawini ayam-ayam itu. Maka dalam tempo tiga bulan, si petani bisa memiliki 40 anak ayam, dari hasil kembang biak ayam itu.

Dengan asumsi harga jual 5 dollar AS per ekor ayam, para petani akan punya penghasilan lebih dari 1.000 dollar AS setahun.

Dengan kalkulasi 40 ekor x 5 dollar=200 dollar x 4 (kali setahun ayam berkembang biak)=800 dollar, itu asumsi paling minimal. Gates meyakini penghasilan itu bisa melebihi angka 1.000 dollar.

Penghasilan itu sudah melebihi ambang batas kemiskinan ekstrem sekitar 700 dollar AS setahun, di banyak negara di dunia yang pernah dikunjunginya dalam lawatan kegiatan sosialnya.

Logika cateris paribus 

Apakah Gates terlalu realistis, atau justru ia mengabaikan banyak faktor seperti cateris paribus-mengabaikan faktor lain yang bisa menganggu mulusnya rencana peliharaan ayamnya.

Pertama; Sebut saja, bahwa ternyata ayam itu tak akan berumur lebih lama untuk sampai pada harga jual, karena ternyata pemilik ayam lebih membutuhkan makan protein daripada ia menjualnya. 

Kedua; Ternyata jatah makan untuk ayam tidak bisa dipenuhi, karena untuk jatah makan sehari-hari saja pas-pasan.

Ketiga; Di dunia peternakan juga dikenal banyak penyakit unggas, termasuk tetelo-atau flu unggas, yang jika menyerang bersifat pandemi yang bisa menular dan membunuh serentak-itu artinya unggas butuh pemeliharaan dan asupan vitamin. Konsekuensi dari kata lain, "dibutuhkannya" cadangan dana untuk obat ayam.

Keempat; Pencurian ternak dalam kondisi masyarakat yang kekurangan adalah "bahaya laten" yang umum terjadi.

Sebenarnya ide Gates tidak lagi aneh, tapi justru terlalu naif, karena toh selama ini orang di desa juga melakukan hal yang sama. Tapi ternyata uang 1.000 dollar setahun tak lagi mencukupi. Apalagi jika punya anak banyak,dan sakit-sakitan.

Tapi, mana lebih baik, tak punya pilihan rasional ala Gates, dengan 5 ekor ayam, atau memilih tetap miskin seolah-olah kemiskinan itu memang tak bisa diubah nasibnya.

Pesan satir dari Gates, tanpa harus menyinggung perasaan siapapun, bahwa logika model itulah menurutnya cukup sederhana untuk bisa keluar dari lubang kemiskinan-di pedesaan di manapun. Bahwa jalan keluar dari lubang kemiskinan ada dimana, termasuk melalui jasa 5 ekor ayam.

Saya teringat sewaktu masih aktif di lembaga konservasi lingkungan WWF Indonesia, mengajak beberapa masyarakat di kampung memelihara ikan lele dalam kolam terpal.

Ide itu dijalankan oleh anggota keluarga yang tinggal di rumah, selama orang tua atau kepala keluarga mencari penghasilan utama sebagai buruh tani, petani di kebun atau sawah. Dengan asumsi, ide ini akan menjadi sumber pendapatan baru.

Awalnya hanya menggunakan keluarga seorang staf lapangan, pada akhirnya menular pada saudara, tetangga lainnya, seperti efek domino.

Kita berperan menjadi penampung, menghubungkan dengan para pembeli dan konsumen lain yang membutuhkan produk ikan sebagai makanan olahan, seperti lauk di warung makan, krupuk, nugget , dan bakso. Ternyata program sederhana itu bisa jadi stimulan tambahanpendapatan. 

Idenya kurang lebih seperti yang di gagas Gates dengan 5 ekor ayamnya. Jadi benar, ide sederhana selama dijalankan dengan serius dan konsisten dapat menjadi "mesin uang". Siapa berminat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun