Beruntung di tahun ini kita bisa merasakan kembali suasana Ramadhan seperti tahun sebelumnya.
Puasa adalah wujud ibadah yang spesial, dibanding ibadah lainnya, puasa memiliki hubungan yang sangat personal antara Allah dan kita. Dalam sebuah ayat disebutkan, bahwa puasa itu untukKu kata Allah.
Ketika berpuasa, hanya kita dan Allah yang tahu sejatinya makna dan arti puasa yang kita lakukan. Sejak niat puasa ketika menunaikan sahur, kita sudah membangun komitmen untuk sebuah nilai kejujuran, ketaatan, dan ketakwaan.
Bahkan sekiranya kita berusaha untuk mengubah niat di dalam hati bukan lagi berpuasa ikhlas karena Allah, atau kita secara sembunyi makan dan minum tanpa sepengetahuan orang lain, hanya Allah yang akan menilai kualitas puasa kita.
Banyak orang berpuasa, namun sebenarnya ia hanya menahan lapar dan haus, Â tidak mendapatkan pahala apa-apa selain kesia-siaan. Karena niat dari dasar sanubarinya bukan lagi karena Allah, tapi karena sebab lain.
Itulah mengapa ibadah puasa menjadi begitu istimewa. Berbeda dengan ibadah seperti shalat, jika kita memiliki motif, bisa saja "terbaca" oleh orang lain sebagai wujud riya, hanya formalitas belaka.
Ketika berpuasa, banyak amalan yang bisa kita lakukan, beriktikaf atau berdiam di masjid, bersedekah dengan berbagi makanan berbuka-sahur, shalat sunat, shalat tarawih dan witir. Bahkan tidurnya orang puasa, jika diniatkan karena Allah akan membuahkan pahala.
Namun Pak Rahman, dengan keikhlasannya bekerja, menganggap semua aktifitas sebagai wujud ibadah, membuatnya mensyukuri apapun.Â
Bahkan katanya suatu kali. "Jika kita tak lagi bernafas dengan sehat, itu artinya ada nikmat Allah yang telah diambil". Padahal selama hidup kita kita diberi segala nikmat itu, tapi kita tidak pernah menyadarinya".
Amalan Ikhlas di Bulan Ramadhan
Kisah tentang Pak Rahman juga mengingatkan saya dengan sebuah diskusi dengan seorang teman dokter yang bercerita tentang mengapa orang berpuasa menjadi sehat, dan gembira.
Menurut si dokter, selang beberapa hari setelah puasa, tubuh akan menyesuaikan dengan perubahan metabolisme. Proses berpuasa menahan lapar dan dahaga, kemudian akan membuat kadar endorfin dalam darah meningkat. Hormon Endorfin adalah zat kimia seperti morfin yang diproduksi oleh tubuh. Endorfin memiliki efek mengurangi rasa sakit dan memicu perasaan senang, tenang, atau bahagia.
Endorfin dapat menenangkan saraf dengan menciptakan perasaan tenang dan damai, sehingga terjadi perbaikan pada suasana mood kita. Ketika kita mengalami tekanan, stress, kondisi yang bersebalikan dengan situasi normal.
Menurut saya keikhlasan bekerja layaknya hormon endorfin. Ketika kita melakukan puasa, menahan lapar dan dahaga, sebagai bagian dari ibadah, akan membangun sistem imun kita terhadap apapun yang bersifat buruk yang dapat merusak nurani kita.
Ketika Pak Rahman selalu mengucap Basmallah dan Hamdallah dalam apapun aktifitasnya, ia tengah memproduksi "hormon endorfin pahala". Semakin banyak ungkapan syukur itu, akan semakin banyak produksi kebaikan di dalam hati.
Semakin lama, keikhlasan semakin membuatnya bisa "menikmati" apapun bentuk cobaan, beratnya tekanan hidup, sebagai bagian dari nikmat Allah yang telah diberikan dan harus dijalani.