Tak hanya itu, disela waktu ia juga menyempatkan memuaskan dahaga passion keilmuannya terhadap study  jurnalistik di  University of California, Berkeley. Dua jurusan favoritnya sejak lama, yang diselesaikannya dengan gemilang di tahun 1941.
Kembali Ke Indonesia
Tak berlama-lama menikmati studi dan kenyamanan di negeri orang, Herawati memutuskan kembali ke tanah air setelah semua studinya tuntas.
Karir pertama yang ditekuninya bukan sosiologi, tapi pilihannya juga tak jauh dari dunia jurnalistik yang dipilihnya di Berkeley. Â
Menjadi reporter lepas untuk Newswire United Press International (UPI), sebelum Revolusi Nasional Indonesia berlangsung dan kemudian menjadi penyiar berbahasa Inggris di Radio Hoso Kyoku-cikal bakal Radio Repubik Indonesia (RRI) di tahun 1942.
Herawati bahkan menyempatkan diri memprakarsai berdirinya surat kabar berbahasa Inggris pertama di Indonesia, The Indonesian Observer, di tahun 1955, bersama sang suami yang juga tokoh pers penting nasional. Menjadi media satu-satunya publikasi berbahasa Inggris di negara kita. Menyuarakan kepada dunia selama lebih dari satu dekade, tentang jatuh bangun bangsa yang baru merdeka.
Padahal ketika itu juga, ia disibukan dengan kegiatan di Women's International Club, Yayasan Bina Carita Indonesia, Â Yayasan Bina Carita Indonesia, dan Lingkar Budaya Indonesia.
Sebagai seorang advokat yang kuat untuk hak-hak perempuan, Herawati juga menggunakan Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan- untuk memobilisasi perempuan Indonesia agar menjadi pemilih aktif dalam politik Indonesia.
Salah satu kiprah pentingnya adalah menggunakan koneksi diplomatiknya untuk mendeklarasikan Kompleks Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Namun di Radio Hoso Kyoku-lah justru cintanya bersemi, ketika bertemu Burhanuddin Muhammad Diah, yang akrab dikenal sebagai BM Diah, Menteri Penerangan Indonesia di tahun 1968.
Ia menjadi salah satu tokoh pembuka jalan aspirasi bagi para perempuan di Indonesia. Ini alasan mengapa ia menjadi gambar inspiratif di google doodle.Â
Tokoh Lain dalam Google Doodle
Tak hanya Herawati Diah yang pernah menjadi ikonik google doodle, tercatat 7 tokoh lainnya juga pernah muncul;
Maria Walanda Maramis; seorang pahlawan Pergerakan Nasional, yang dikenal sebagai pembaharu kemajuan wanita di Indonesia. Sebagai wujudnya dedikasinya, ia mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada 8 Juli 1917, sebagai cara membangun kesadaran peran ibu terhadap keluarga.
Dewi Sartika; Dewi Sartika adalah pahlawan nasional, dikenal sebagai perintis pendidikan bagi perempuan. Sekolah Isteri Pedopa, adalah warisan berharga dari beliau.
RA Kartini, tokoh populer kelahiran 21 April ini menjadi ikonik bagi kebangkitan peran perempuan Indonesia.