Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilih Minyak Hijau Daripada Minyak Coklat, Demi Energi Mix 2025

26 Maret 2022   14:09 Diperbarui: 2 April 2022   21:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mekanismenya adalah ketika konsumsi bahan bakar jenis tertentu yang dipilih, dan campuran dengan CPO, dapat diserap pasar dengan baik, maka akan menjadi pendapatan baru bagi negara, dari konsumsi bahan bakar dan hasil pembelian CPO-nya.

Hanya saja hal ini sangat tergantung pada jenis bahan bakar apa yang menjadi pilihannya. Ketika pemerintah memprioritaskan biosolar sebagai alternatif pertama, menurut para analis dinilai tidak efektif. 

Alasannya karena konsumsi solar dalam negeri yang relatif stagnan, sehingga perluasan mandatori B20 tidak akan banyak menyerap stok minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam negeri.

Lain halnya jika pilihannya adalah jenis premium yang penggunanya sangat berlimpah. Namun pemerintah juga harus mempertimbangkan kekuatan daya dukung produksi CPO sebagai pendukung campurannya. 

Jika secara nasional produksiCPO masih hanya mencukupi untuk kebutuhan pangan dalam hal ini minyak goreng, maka memaksakan porsinya terlalu besar pada biodiesel, atau biosolar maupun yang jenis greefuel, bisa menganggu pasar pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Kondisi untuk saat ini saja, menunjukkan efek yang cukup menganggu pemerintah. Terutama ketika mekanisme pasar yang hanya diimbangi jaminan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) hanya sebentar mengakibatkan harga minyak goreng naik dan menjadi langka dipasaran, karena sebagian besar produksi di fokuskan untuk memenuhi kebutuhan pencapaian program mandatory B20.

Bahkan pemerintah harus membagi subsidi yang sangat fantastik bagi para pengusaha CPO agar menyisihkan sebagian besar stok persediaannya untuk program B20, dan hanya menyisakan sedikit untuk program CPO untuk pangan.

Momentumnya sekali lagi juga tidak tepat waktu, terutama karena ekonomi masih dalam masa transisi. Dan pada akhirnya kebijakan ini juga memancing inflasi pada semua jenis barang. 

Pekan depan ramadhan sudah mulai masuk, kondisi ini makin membuat ekonomi menjadi lesu darah, akibat inflasi merayap pada semua jenis barang.

Target penerimaan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan membantu stabilisasi nilai tukar rupiah, mungkin hanya bersifat sementara, ketika musim belanja ramadhan dan lebaran tiba. Tapi setelahnya ekonomi akan kembali anjlok pada posisi rendah.

B20 Demi Mengejar Zero Emisi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun