Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"You Can See Mee", Dobel Bonus Rara Untuk MotoGP Mandalika

23 Maret 2022   13:00 Diperbarui: 25 Maret 2022   20:07 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dafunda.com

Dalam You Can See Me, film yang disutradarai oleh Louis Leterrier, aksi J Daniel Atlas, salah satu dari empat pesulap paling dicari, yang menghentikan hujan terasa sangat fenomenal.

Daniel tak hanya membuat rintik hujan berhenti, tapi melayang ke langit. Ia mengendalikan hujan, lalu menghilang secara misterius dengan menjatuhkan diri dalam genangan, di tengah para fans yang sontak terpana.

kapanlagi.com
kapanlagi.com

Tapi itu hanya sebuah potongan dari adegan film. Tapi Rara Istiani Wulandari, tidak sedang bermain sulap, ketika dengan puan emasnya, menggunakan kemampuan menyerap energi Teta, dan menggeser awan hujan cumulonimbus, menjauh dari arena sirkuit balap MotoGP 2022 Mandalika.

Fenomena pawang hujan barangkali tak aneh bagi rakyat negeri Nusantara, yang kaya dengan segala tradisi, ritual dan klenik yang menyelubungi budayanya. Tapi bagi para penonton ajang bergengsi MotoGP, yang identik dengan wujud kecanggihan benda dan cara pikir kekinian, penampilan Rara adalah dobel bonus.

Pertama, sebuah pertunjukkan yang mungkin dianggap sebagai campuran antara ritual dan sebuah trik sulap-magic. Kedua; menduniakan sebuah pertunjukkan tradisi budaya Indonesia di ajang bergengsi MotoGP.

Laku aksinya, seperti gastropedia-mengenalkan ciri khas bangsa melalui kuliner.

Terlepas dari pro-kontra, nyinyiran para penonton dan netizen yang menganggap aksi Rara sebagai "kampungan", tidak mewakili gengsi  ajang tarung MotoGP, nyatanya aksinya berhasil, viral dan menyedot perhatian dunia. Bukan hanya sekedar tontonan belaka, tapi sebuah aksi budaya.

"thank you for stopping the rain", tulis sebuah tweet di akun resmi MotoGP. Mungkin ungkapan itu bernada takjub, karena kepiawaian Rara sang pawang hujan dianggap berhasil menggiring awan hujan ke laut.

Fenomena viralnya Rara dan kisah klenik pawang hujanpun, menjadi warna tersendiri bagi ajang MotoGP 2022 di Mandalika. Seluruh dunia tertuju pada aksi Rara yang menjadi headline di banyak media.

Telekinesis Pawang Hujan

Keberadaan pawang hujan dengan ritual tradisinya, sebenarnya telah ada sejak dulu. Tradisi itu diturunkan dari generasi ke generasi, sebagiannya bahkan menggunakan "Laduni", ilmu turunan yang "menitis" dari moyangnya kepada salah satu anak keturunannya.

Ada "amalan" ritual yang harus dipenuhi, ada "pantangan" yang harus dijaga selama proses ritual dijalankan. Rara menggunakan semacam "puan" atau "bejana emas", sebagai sarana ritualnya. Keberadaan alat itu menjadi bagian dari keberhasilan ritual, dengan cara mengetuk puan hingga mengeluarkan bebunyian yang konon katanya akan didengar oleh semesta. Sehingga keinginannya akan didukung oleh semesta-mestakung (semesta mendukung).

Pawang hujan adalah bagian kearifan lokal Indonesia yang masih eksis hingga kini. Pawang hujan punya sebutan berbeda di masing-masing daerah. 

Dunia mungkin mengenalnya sebagai Shaman. Tapi orang Betawi lekat dengan istilah Dukun Pangkeng, masyarakat Bali akrab menyebutnya Nerang Hujan, sedangkan masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, menyebut pawang hujan, Pangngissengang. Intinya, "menghalau hujan".

Mengapa pawang hujan muncul sebagai sebuah tradisi?.

Menurut J.G Frazer, dalam memecahkan masalah, manusia menggunakan akal dan pengetahuan yang memiliki batasan. Ketika kebudayaan manusia meluas, problem hidup bertambah rumit, batas akal juga makin menyempit. Maka kemudian solusinya di bawa ke ranah ilmu gaib (magic).

Pawang hujan, digunakan untuk memberikan eksplanasi (menjelaskan sebuah fenomena alam, sosial, dan budaya dari sudut pandang ilmiah), ketika orang belum menemukan penjelasan rasional. 

Maka cara memahami mitologis yang dianggap irasional, siapapun dituntut untuk percaya begitu saja. Karena ciri khas pengetahuan mitologis tidak didukung data empiris, sehingga sulit dibuktikan secara objektif.

Untuk memudahkan interaksi dan penerimaan, dalam implementasi kepercayaannya menggunakan simbol-simbol, sebagai bentuk interaksi dengan dunia lain bersifat supranatural, seperti dupa, atau sesajen.

Rara menggunakan puan emas untuk ritualnya, memecah awan dengan energi gelombang dari singing bowl (dentingan puan atau mangkok ritualnya), dan teriakan, yang konon katanya akan membuat alam menjadi hangat.

Percaya Atau Tidak 

637b68a3-1d4f-49b8-8bfe-b7cb33d9a73b-623b0753d69ab3036b563242.jpeg
637b68a3-1d4f-49b8-8bfe-b7cb33d9a73b-623b0753d69ab3036b563242.jpeg
antaranews.com

Jika sekiranya Albert Einstein si pakar fisika, penasaran dan bertanya, bagaimana menjelaskan telekinesis pawang hujan secara rasional?.

Mungkin tak akan menemukan jawaban memuaskan. Seperti menjelaskan kemampuan khusus mutant Jean Grey, dalam  Film X -Man Dark Phoenix yang sulit dijelaskan.

Sains adalah cara berpikir rasional yang selalu membutuhkan penjelasan akal untuk bisa percaya secara logika pikiran.

Meskipun bukan sebuah analogi, tepat seminggu sebelum kasus viral pawang hujan di Mandalika, saya mengalami pengalaman khusus, tentang ritual penyembuhan luka, hanya dengan merapal bacaan tertentu, seorang ahli urut-patah tulang, terbukti bisa menyembuhkan, luka kecelakaan yang parah. Bagaimana mekanisme kerjanya, tak bisa dijelaskan secara logika.

Dalam sebuah tayangan On The Spot di YouTube, Rara menjelaskan cara yang membantunya berkomunikasi dengan alam dari dimensi lain, melalui teknik ilmu telekinesis. 

Kemampuan batin yang mampu menggerakkan obyek fisik. Menggunakan tingkat kesadaran yang tinggi. Energi yang digunakan untuk membuat benda bergerak atau tertekuk, ditimbulkan oleh pikiran seseorang dari pikiran bawah sadarnya (subconscious mind). Sebagian kita mungkin akrab dengan istilah "telepati".

Modifikasi Cuaca, Cara Pawang Hujan Modern

Sebenarnya dalam penjelasan sains, peran pawang hujan menggeser awan hujan cumulonimbus, dikenal sebagai Teknik Modifikasi Cuaca (TMC), dilakukan dengan cara penyemaian awan atau hujan buatan.

Ketika intensitas hujan melonjak selama bulan-bulan berakhiran "Ber", antara bulan Oktober, hingga Desembar, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), melakukan TMC.

Prosesnya terbilang rumit, namun dapat dijelaskan sains dengan pendekatan fisika dan kimia, termasuk penggunaan materialnya, jumlah takarannya, serta komposisinya.

Teknik Cloud Seeding atau Penyemaian awan, adalah teknik modifikasi cuaca yang meningkatkan kemampuan awan untuk menghasilkan kepingan salju atau tetesan hujan di atmosfer.

Caranya dengan mengubah jumlah atau jenis presipitasi (segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat), melalui penyebaran zat-zat ke udara yang berfungsi sebagai kondensasi (pengembunan) awan atau inti es, yang mengubah proses mikrofisika dalam awan.

Saat ini, sudah ada 56 negara yang menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan, termasuk Indonesia. Namun sebagian besar proyek beroperasi tanpa pengembangan teknik penyemaian yang optimal dan evaluasi efek penyemaian yang memadai.

Hal ini berpotensi produk hujan buatannya justru menjadi tidak ramah lingkungan.

Ada aturan yang dikeluarkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Beberapa aspek yang mesti diperhatikan ketika modifikasi cuaca. Pertama; melakukan penelitian berkelanjutan untuk menyelidiki dan menguji hipotesis ilmiah sebagai dasar teknologi modifikasi cuacanya.

Kedua, kegiatan operasional modifikasi cuaca harus memperhitungkan ketidakpastian yang cukup besar dan tantangan terkait validasi hasil kegiatan. Ketiga, setiap kegiatan modifikasi cuaca mesti memiliki sistem pengelolaan data hasil pengukuran selama kegiatan modifikasi cuaca yang baik agar dapat dianalisis.

Menariknya adalah, bahwa peran modifikasi cuaca,  sudah menjadi solusi permanen yang digunakan oleh KLHK untuk mengatasi karhutla-kebakaran hutan dan lahan, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dalam jangka panjang ditujukan untuk banyak kepentingan menjaga kelestarian alam seperti; untuk membasahi lahan gambut untuk menjaga kelembabannya, mengatasi masalah kabut asap akibat karhutla, memadamkan api di areal yang luas dan api besar, serta mengatasi kekeringan di wilayah tertentu. Termasuk yang paling vital, mencukupi kebutuhan kita terhadap masalah kekurangan air bersih.

Tren konsumsi air bersih di masa depan akan terus meningkat, bahkan diprediksi pada 2050, akan banyak negara kekurangan air bersih. Di tahun 2022 ini saja, masalah air bersih dan kemampuan daya dukung tanah menjaga air bersih juga semakin berkurang, bahkan kritis terutama di kota-kota besar.

Sepotong fakta sederhana, kota Jakarta setiap tahunnya kekurangan pasokan air bersih hingga 1.028.000.000 m3, sementara total curah hujan dalam kurun waktu yang sama mencapai 2.973.000.000 m3, tapi bukan seluruhnya air bersih. Bayangkan!.

Maka sangat tepat jika Peringatan Hari Air Sedunia tahun 2022, mengusung tema, "Groundwater, making the invisible visible." Menjaga kualitas air tanah untuk mendukung kehidupan yang lebih lestari.

Groundwater atau air tanah adalah air yang ditemukan di bawah tanah di akuifer (Akuifer adalah lapisan yang terdapat di bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air), yang terdiri dari formasi geologis bebatuan, pasir, dan kerikil yang menyimpan sejumlah besar kandungan simpanan air.

Jadi, dalam kerangka menghidupkan kembali tradisi, sekaligus kebutuhan menjaga lingkungan lestari, kerja pararel antara TMC dengan pawang hujan menjadi kolaborasi yang unik.

Mungkin peristiwa viralnya Rara di Mandalika, akan memunculkan kembali eksistensi para pawang. Sekali lagi ini urusan tradisi dan budaya, tak ada sangkutpaut dengan lainnya. Penting, agar tidak menjadi debat dan pro-kontra berkepanjangan dengan isu lainnya.

referensi; 1,2,3,4,5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun