Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"You Can See Mee", Dobel Bonus Rara Untuk MotoGP Mandalika

23 Maret 2022   13:00 Diperbarui: 25 Maret 2022   20:07 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun bukan sebuah analogi, tepat seminggu sebelum kasus viral pawang hujan di Mandalika, saya mengalami pengalaman khusus, tentang ritual penyembuhan luka, hanya dengan merapal bacaan tertentu, seorang ahli urut-patah tulang, terbukti bisa menyembuhkan, luka kecelakaan yang parah. Bagaimana mekanisme kerjanya, tak bisa dijelaskan secara logika.

Dalam sebuah tayangan On The Spot di YouTube, Rara menjelaskan cara yang membantunya berkomunikasi dengan alam dari dimensi lain, melalui teknik ilmu telekinesis. 

Kemampuan batin yang mampu menggerakkan obyek fisik. Menggunakan tingkat kesadaran yang tinggi. Energi yang digunakan untuk membuat benda bergerak atau tertekuk, ditimbulkan oleh pikiran seseorang dari pikiran bawah sadarnya (subconscious mind). Sebagian kita mungkin akrab dengan istilah "telepati".

Modifikasi Cuaca, Cara Pawang Hujan Modern

Sebenarnya dalam penjelasan sains, peran pawang hujan menggeser awan hujan cumulonimbus, dikenal sebagai Teknik Modifikasi Cuaca (TMC), dilakukan dengan cara penyemaian awan atau hujan buatan.

Ketika intensitas hujan melonjak selama bulan-bulan berakhiran "Ber", antara bulan Oktober, hingga Desembar, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), melakukan TMC.

Prosesnya terbilang rumit, namun dapat dijelaskan sains dengan pendekatan fisika dan kimia, termasuk penggunaan materialnya, jumlah takarannya, serta komposisinya.

Teknik Cloud Seeding atau Penyemaian awan, adalah teknik modifikasi cuaca yang meningkatkan kemampuan awan untuk menghasilkan kepingan salju atau tetesan hujan di atmosfer.

Caranya dengan mengubah jumlah atau jenis presipitasi (segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat), melalui penyebaran zat-zat ke udara yang berfungsi sebagai kondensasi (pengembunan) awan atau inti es, yang mengubah proses mikrofisika dalam awan.

Saat ini, sudah ada 56 negara yang menerapkan teknologi modifikasi cuaca untuk membuat hujan buatan, termasuk Indonesia. Namun sebagian besar proyek beroperasi tanpa pengembangan teknik penyemaian yang optimal dan evaluasi efek penyemaian yang memadai.

Hal ini berpotensi produk hujan buatannya justru menjadi tidak ramah lingkungan.

Ada aturan yang dikeluarkan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Beberapa aspek yang mesti diperhatikan ketika modifikasi cuaca. Pertama; melakukan penelitian berkelanjutan untuk menyelidiki dan menguji hipotesis ilmiah sebagai dasar teknologi modifikasi cuacanya.

Kedua, kegiatan operasional modifikasi cuaca harus memperhitungkan ketidakpastian yang cukup besar dan tantangan terkait validasi hasil kegiatan. Ketiga, setiap kegiatan modifikasi cuaca mesti memiliki sistem pengelolaan data hasil pengukuran selama kegiatan modifikasi cuaca yang baik agar dapat dianalisis.

Menariknya adalah, bahwa peran modifikasi cuaca,  sudah menjadi solusi permanen yang digunakan oleh KLHK untuk mengatasi karhutla-kebakaran hutan dan lahan, bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun