Di Jepang, seragam sekolah Jepang bahkan dirancang khusus, berdasarkan seragam angkatan laut bergaya Eropa. Pertama kali digunakan di Jepang pada akhir abad ke-19, menggantikan Kimono. Idenya dicetuskan oleh Elizabeth Lee, kepada sekolah Fukuoka Jo Gakuin. Sekarang, seragam sekolah tersebut umum dipakai di berbagai sistem publik dan sekolah swasta di Jepang. Kata Jepang untuk jenis seragam ini adalah seifuku.
Kalau di Indonesia, seragam sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang. Penjajah yang memang terkenal disiplin ini mewajibkan para pelajar untuk mengenakan seragam meskipun pada saat itu belum ditetapkan warna masing-masing tingkatannya.
Nah, warna seragam yang berbeda di masing-masing tingkatan pendidikan ini mulai diberlakukan sejak zaman pemerintahan Soeharto, tepatnya pada tahun 1982. Melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 52 tanggal 17 Maret 1982, pemerintah resmi menetapkan penggunaan seragam sekolah, termasuk warna yang digunakan.
Orang yang berada di balik penetapan ini adalah Idik Sulaeman yang menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kesiswaan di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah pada masa periode 1979-1983. Ternyata beliau juga merupakan sosok di balik lambang OSIS dan Paskibraka lho. Â Warna seragam rancangan beliau menjadi ikonik hingga sekarang.
Faktor substansial nya, mengurangi gap atau kesenjangan antar individu dan kelompok dalam sebuah institusi atau klaster seperti halnya sekolah. jadi kalau ada beda nasib secara sosial, akan disembunyikan oleh seragam.
Sehingga keberadaan seragam di sekolah, membuat orang bisa lebih fokus belajar, tidak diganggu persoalan perbedaan sosial-ekonomi yang jomplang. Seragam menjadi "sense of egality".
Seragam dan Disiplin Semu
Mengapa di Eropa, seragam tidak menjadi prioritas di sekolah?. Apakah karena mereka cenderung mengabaikan perbedaan sosial atau ada pertimbangan lain?.
Sebuah jawaban di Quora menyebut, alasannya karena faktor perbedaan sosial-kemiskinan, namun karena menimbulkan persoalan, kemudian didorong untuk berseragam. Alasan yang sama juga juga berlaku dibanyak negara.
Persoalan substansi lainnya, juga berkaitan dengan faktor kedisiplinan. Cara membangun kedisiplinan dengan cepat dan instan, adalah dengan menggunakan seragam.
Hanya saja dalam pelaksanaan aturan, juga harus diikuti oleh pembiasaan, sehingga menjadi habit, bukan sekedar formalitas.