Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Ambulance Laut" dan Pasien Kritis di Pulau Terpencil

6 Februari 2022   23:24 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:30 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berita makasar

Rumitnya negara kepulauan seperti Indonesia, karena punya pulau lebih dari 1000 buah, sehingga sekedar mengurus soal failitas kesehatan alias faskes bisa menjadi rumit luar biasa. Kira-kira apa rekomendasi soal faskes terbaik buat pemerintah yang akan menjadi tuan rumha presidensi G-20, karena ini kesempatan baik untuk bicara fakta dan data. 

Ada kalanya pemerintah tetap saja menyampaikan fakta-fakta yang "palsu". Meskipun di satu sisi berkepentingan dengan bantuan dari kerjasama bilateral, multilateral atau dari PBB melalui WHO, namun disisi lain juga ada gengsi yang harus ditahan, agar negara tidak sepenuhnya terlihat lemah dan pemerintahannya dianggap gagal mensejahterakan rakyatnya.

indojayanews
indojayanews
acehtribun

Sejak lama di Pulo Aceh, sebuah gugusan pulau di kecamatan kepulauan di Aceh Besar yang terdiri dari 10 pulau, namun hanya dua pulau besar yang berpenghuni yakni Pulo Nasi dan Pulo Breuh, dengan penduduk lebih 5 ribu jiwa, hanya memiliki sebuah puskesmas. Transportasi andalan ke Pulo Aceh adalah kapal motor nelayan. 

Ferry juga tersedia yaitu KMP Papuyu, namun hanya berlayar tiga kali sepekan, itu khusus ke Pulo Nasi, tak sampai ke Pulo Breuh. Boat atau kapal rute Pulo Nasi mangkal di dermaga Ulee Lheu, sedangkan boat yang ke Pulo Breuh mangkal di dermaga nelayan Lampulo. Boat ke Pulo Aceh berlayar sekali dalam sehari.

Kemana Berobat Jika Di Pulau?

Bagaimana jika penduduk sakit dan mau berobat, dan memanfaatkan faskes?. Selama ini, warga di kawasan pulau terluar itu harus menyeberang ke Pulo Breuh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena keterbatasan jumlah puskesmas dan moda transportasi yang hanya bisa dijangkau melalui laut. 

Baru di tahun 2021 kemarin, mulai pengadaan satu unit ambulance laut, yang masih dalam tahapan tender. Bayangkan bagaimana situasi dan kondisi layanan kesehatan yang diterima masyarakat sebelumnya. Pengadaan ambulance laut sangat vital karena selama ini pasien di Puskesmas yang butuh rujukan ke daratan masih mengunakan jasa boat. Data yang akurat terhadap bagaimana pelayanan yang ada belum tersimpan baik, sehingga untuk kebutuhan pengembangan wilayah dan pembangunan prioritas juga belum optimal.

Salah satu titik lemah dari keberadaan faskes yang jauh seperti di wilayah 3 T, terluar, terdepan dan terpencil adalah ketidaksediaan tenaga medis untuk menetap, sehingga jika masyarakat membutuhkan selalu ditangani secara darurat. Meskipun solusi seperti melakukan rotasi dan menambah petugas tertentu yang diperlukan, tetap saja kasus seperti terus berulang. 

Hampir disebagian besar pulau-pulau d wilyah 3 T tersebut, persoalan paling substansial, meskipun Puskesmas telah dirancang memiliki tenaga dokter, bidan dan perawat yang sudah memenuhi sesuai ABK, tetap saja ketidaksediaan para medis menetap di daerah kepulauan.

Di pulo Aceh pernah sempat beredar berita, tentang seorang pasien paska melahirkan yang harus dirujuk keluar pulau dengan menggunakan perahu boat, berita ini cukup memprihatinan, karena persoalan terbatasnya faskes dan tenaga medis. 

Pihak perwakilan pemerintah di dinas kesehatan menyebutkan, meskipun sejauh ini warga Pulo Aceh tetap harus berjuang melalui laut, namun sejauh ini belum ada ibu yang melahirkan disana yang mengalami kematian bahkan sebaliknya justru di daratan yang ada. 

Masalah paling Krusial

Sebenarnya masalah paling substansial adalah bagaimana pemerintah  dapat menyediakan fasilitas yang layak meskipun belum berstandar rumah sakit yang besar, bukan soal seberapa banyak korban selamat dan tidak selamat.

Teman-teman yang tinggal di Pulo Aceh, hingga tahun belakangan, masih merasakan banyak masalah soal pendidikan dan kesehatan yang mendesak. 

Dahulu jika anggota keluarga sakit harus mencari perahu, dan melalui jalur laut hingga satu atau dua jam untuk sampai di puskesmas satu-satunya yang terdekat dan berada di gugusan pulau lain. Bayangkan jika kasusnya terjadi di malam hari dengan jenis penyakit yang kronis dan fatal dan menimpa kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil dan oran tua. Problem lainnya, jaringan listrik juga masih dijatah, hingga penggunaannya secara optimal selama waktu prioritas saja di malam hari.

Berbagai desakan secara masif, baru berbuah manis, dengan kehadiran pembangkit listrik sendiri, di tahun belakangan ini. Serta pembangunan ruas Jalan Balu-Lapeng sepanjang 3,8 kilometer yang terletak di Pulo Breuh, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, yang memungkinkan akses warga tak perlu lagi menggunakan jalur laut, termasuk untuk mengkases faskes. 

Program ini dibangun Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) dengan anggaran Rp 17,5 miliar itu juga dilengkapi lampu penerangan.

Tentu kita berharap salah satu yang menjadi isu prioritas adalah bagaimana kesehatan dapat membuat bangsa kita pulih lebih optimal. Pemerintah harus fokus pada perbaikan sarana dan prasarana pendukung layanan kesehatan, terutama di daerah 3T, termasuk diwilayah kepulauan.

Referensi; 1,2,3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun