Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Go Dutch" Butuh Adaptasi Agar Tak Gagap Budaya

17 Januari 2022   10:03 Diperbarui: 18 Januari 2022   23:51 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam budaya ketimuran, basa-basi itu sesuatu yang jamak. Bahkan kalau tidak  justru akan dianggap orang aneh dan tidak sopan.

Basa Basi Takut Basi

Di Barat sendiri istilah Bayar sendiri-sendiri (kadang disingkat BSS alias go dutch), adalah istilah yang digunakan untuk menandakan bahwa masing-masing orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan berbayar,seperti makan malam, nongkrong, ngopi cantik, bertanggung jawab untuk membayar pengeluarannya sendiri. 

Hal ini merupakan kebalikan dari kegiatan berbayar yang dibiayai seluruhnya oleh satu orang saja, yang juga dikenal dengan istilah mentraktir.

Memang ketika teman-teman bule berniat "mentraktir", barulah mereka mangajak kita makan bersama. Begitupun kita masih menunggu , bahkan jika makanan pesanannya sudah ada di meja, dan belum dipersilahkan kita belum yakin ini traktiran apa pesanan buat sendiri, walaupun yang terhidang Pizza, ukuran ekstra large dua kotak lagi.

Butuh Adaptasi dan Rasa

Nah, setelah waktu berjalan, saya mencoba mempraktekkan kebiasaan go dutch kepada para teman bule, sebagai pembelajaran ilmu Cross Cultural Understanding, meskipun ternyata awalnya begitu sulit, karena melawan budaya dalam nurani sendiri. 

Mereka melihat kita makan dan bertanya, apa yang kita makan, meskipun pertanyaannya sebenarnya ditujukan, lebih karena mereka sedang bingung mau makan apa dan berharap jenis makanan kita bisa direkomendasi jadi pilihan makanan mereka saat itu karena sudah jam makan siang.

Ternyata susah juga mempraktekkan budaya yang bertentangan dengan ketimuran kita dalam wujud sebenarnya. Ternyata ilmu "ewuh pakewuh" dari nenek moyang kita seperti sudah jadi dogma. Tidak semudah sekedar copy paste, lalu semuanya menjadi nyaman.

Baru setelah beberapa minggu, saya seperti sedang bereksperimen, menenteng makanan dari kedai, masuk ke ruang kerja atau ruang makan, membuka makanan dan makan tanpa mengajak berbasa-basi, kecuali bersapa selamat pagi, sambil menghidupkan komputer. 

Lalu menanyakan kabar apakah mereka sudah sarapan?, sambil makan. Selanjutnya terserah anda, tapi tetap saja dalam hati bertanya-tanya, apa kira-kira pikiran mereka saat kita makan?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun