Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Asal Hukum, Anak Punya Rahasia yang Tidak Kita Sadari

13 Januari 2022   00:01 Diperbarui: 13 Januari 2022   20:11 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi murid yang mendapatkan hukuman | Sumber: Pexels/RODNAE Productions

Jadi perkelahian murid dan guru, guru mengancam murid, hingga kekerasan fisik adalah pemandangan yang tidak asing di dunia pendidikan kita. 

Kasus-kasus yang muncul, salah satunya karena minimnya pemahaman guru tentang psikologi anak, termasuk soal cara belajarnya saja misalnya. Setiap anak punya rahasia tersendiri. Artinya beda anak, bisa beda cara penanganannya. 

Rahasia 4 Orang Anak

Awalnya kami menyediakan ruang belajar di perpustakaan keluarga, dilengkapi lampu yang cukup, meja belajar, sofa, sehingga anak-anak bisa memilih apakah mau belajar di meja belajar, lesehan atau belajar santai di sofa. 

Seperti orang tua lain, kami juga memakai rumusan yang sama. Belajar ya di meja belajar atau di ruang belajar. Anak-anak yang santai akan ditegur karena dianggap lalai.

Ternyata anak pertama saya punya sebuah rahasia. Ia selalu rangking terbaik di kelas, jika bukan pertama, ya paling kedua. Sehingga ia pernah bercanda, "Bosan rangking satu terus, kepingin rangking lima ah, kasihan teman-teman, jadi bair gantian." 

Ternyata ia hanya bisa belajar dalam suasana sepi.  Jadi di waktu belajar malam, ia memilih membaca santai lalu tidur agak cepat. Di pagi hari ia akan bangun lebih cepat. 

Suatu pagi saya mendapati lampu kamarnya masih terang, jadi saya masuk ke dalam, ternyata ia sedang belajar. 

Namun saya kuatir dan sering menegurnya dan memintanya segera tidur lagi, namun ia tetap melakukan rutinitasnya sedemikian rupa, sehingga terkadang memancing debat kecil. Padahal paginya toh, ia tak pernah terlambat bangun. 

Putera kedua, hampir tak pernah belajar, setiap kali kepergok pasti sedang menggambar doddle, sehingga koleksi gambarnya sudah bisa dibukukan. Tapi setiap kali ditanya, ia hanya menjawab bahwa sudah belajar di sekolah, jadi tak perlu mengulang lagi di rumah. 

Karena penasaran, saya coba buka halaman tanya jawab dan dalam hitungan menit, soal-soal berbentuk choice dijawab hampir sekenanya, tapi semua jawaban benar. 

Saya tanyakan kapan belajarnya, ia menjawab santai, mengenai gunanya kita masuk sekolah setiap hari itu untuk belajar. Ketika guru menerangkan, ketika itulah ia fokus mendengarkan dan mencatat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun