Sehingga sebuah pertandingan semestinya menjadi peluang dan kesempatan bagi para pemain untuk menunjukkan kebolehan dan bakatnya, tidak lagi sekedar sebuah formalitas pertandingan.
Faktanya, bahwa banyak mata di luar sana yang setiap saat secara jeli mengamati gerak-gerik, dan sepak terjang setiap individu. Ini sebenarnya sebuah fakta menarik, karena ketika kita berbicara penguatan kapasitas, yang semestinya bisa dilakoni setiap pemain dalam sebuah timnas sebuah negara, sebenarnya peluang menuju kesana juga terbuka luas.Â
Persoalan bahwa memasuki ruang belajar yang bergengsi itu mahal dan tidak mudah, dapat dengan cepat diatasi dengan hanya menampilkan performa secara apik dalam setiap pertandingan.
Asnawi Mangkualam, kapten timnas Indonesia, pernah merasakan bagaimana pengalaman bisa bergabung dengan tim di luar sana. Asnawi juga tak menampik rekan-rekannya memiliki kesempatan besar untuk berkarier di luar negeri. Terlebih, ia mempunyai pengalaman selama hampir empat tahun di klub asal Korea Selatan, Ansan Greeners. Asnawi bahkan menyarankan, jangan menolak rezeki bermain di klub elit di luar sana, sebagai kesempatan mengasah bakat dan menguatkan mental.
Sebuah Mindset Baru
Problem tentang bagaimana membentuk karakter para pemain agar bisa menjadi pemain berkualitas dalam sebuah tim, mengingatkan saya dengan dialog dalam film Goal! The Dream Begins. Film tentang personifikasi tokoh sepakbola yang bermuatan filosofi kehidupan.
Salah satu petikan dialognya,Â
"Nama besar di depan kaos lebih penting daripada nama di belakang, mengapa?, karena kita bermain untuk sebuah tim bukan one man show!".--dialog Munez Santiago dan Pelatihnya Dornhelm dalam film Goal! The Dream Begins itu.
Muatan dialog tersebut setidaknya memiliki keterwakilan untuk membaca realitas persepakbolan kita saat ini. Talenta bermain saja ternyata tidak mencukupi untuk membuahkan sukses.
Ini pula dasar intisari yang mengilhami film besutan Danny Cannon yang dibintangi Kuno Becker, Alessandro Nivola, Marcel Iures, dan Stephen Dillane. Mengangkat sisi talenta, membenturkannya dengan pahitnya tantangan dan mempertemukan dengan 'kesadaran' diri dalam sebuah tim.berhadapan dengan keharusan berkolaborasi dalam sebuah tim.
Suatu ketika Dornhelm sang pelatih kembali bertanya,Â