Padahal, pengidap gangguan ini sebenarnya kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat. Penyebab Disleksia terjadi karena adanya gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa.
Meski terkait dengan gangguan dan kesulitan dalam belajar, namun disleksia sama sekali tidak memengaruhi tingkat kecerdasan pengidapnya.
Jari-Jemari Ajaib Kita
Pada tahun pertama menjelang masuk ke sekolah dasar, putra pertama saya mengikuti sebuah kursus jarimatika. Semula saya tidak begitu optimis hal itu bisa bekerja efektif membantu anak-anak dalam berhitung. Bagian inti dari pelajaran matematika yang menjadi momok bagi banyak orang.
Saya menemukan fakta bahwa mengapa orang tua kita dahulu begitu mahir berhitung, karena dahulu sistem belajar tidak mengenal alat hitung. Paling canggih adalah sempoa (alat hitung khas dari China). Sedangkan sistem mencatatpun masih sangat unik, menggunakan “sabak” (sebuah papan tulis kecil seukuran buku).
Mereka menggunakan sabak untuk mencatat pelajaran seperlunya. Jika kita ingin menguasai materi pelajaran kita harus menghafal, dan memahami dengan segala daya upaya, karena esok hari ketika masuk pelajaran baru, seluruh catatan itu akan dihapus dan digantikan dengan catatan baru.
Fakta inilah yang menjadi kunci rahasia mengapa para orang tua kita mahir berhitung, mahir berbahasa asing dan berpikir lebih jeli.
Saya kemudian juga terkejut dengan fakta bahwa ternyata hingga putera saya masuk perguruan tinggi, ia justru makin mahir menggunakan jarimatika.
Dalam sebuah kesempatan ketika kami sedang melakukan perhitungan berat, dan membutuhkan kalkulator di sebuah pusat belanja, dengan santainya putera saya menggunakan kemahirannya ber-jarimatika.
Sungguh ajaib, hasil total penjumlahan dan pengurangan dari kalkulasi kami, ternyata sama persis dengan perhitungan petugas teller yang menggunakan kalkulator. Sejak saat itu saya mengakui keajaiban jarimatika, meskipun belum berkesempatan belajar dengan serius.
Pernah dalam sebuah referensi tentang penelitian di kedalaman laut, para penyelam menggunakan jari sebagai alat hitung, karena secara kondisional, “laut dalam” tidak memungkinkan menggunakan alat bantu hitung.