Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Omicron; Meledak Di Afrika, Panik Di Indonesia

2 Desember 2021   19:56 Diperbarui: 20 Desember 2021   17:38 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara resmi, World Health Organization (WHO) menyatakan varian B.1.1.529 atau Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021. Situasi epidemiologis di Afrika Selatan telah ditandai oleh tiga puncak berbeda dalam kasus yang dilaporkan, yang terakhir didominasi varian Delta. Sejak ditemukan kasusnya dalam jumlah besar di Benua Afrika, varian terbaru virus corona, Omicron menjadi pembicaraan yang intens. Varian ini disebut sebagai salah satu yang sangat cepat dalam menularkan virus. 

Varian Omicron memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan. WHO menjelaskan bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini, dibandingkan dengan Variant of Concern (VOC) lainnya. Badan dunia itu meminta agar negara-negara meningkatkan upaya pengawasan untuk lebih memahami varian SARS-CoV-2 yang beredar.

Mengapa varian ini bernama Omicron?, tidak lain untuk memudahkan awam mengenal "musuh varian corona" baru. Sedangkan embel-embel seperti SARS-CoV-2 yang terdiri dari huruf abjad dan angka yang sangat rigid dan teknis menjadi catatan bagi dunia medis untuk mendeteksi dan mengidentifikasi, jenis variannya. WHO menggunakan huruf alfabet Yunani untuk menggambarkan varian virus corona. Mulai dari Alpha, Beta, Gamma, Delta, dan Omicron.

Jika sebelumnya di masa pandemi, varian baru virus SARS-CoV-2 diberi nama ilmiah dengan kombinasi huruf dan angka yang kompleks yang merujuk pada lokasi ditemukannya varian virus tersebut. WHO pada Mei 2021 mengumumkan sistem penamaan sederhana untuk varian virus corona baru. 

Setiap varian virus corona baru akan diberi nama secara berurutan dalam alfabet Yunani. Dan nama baru yang disematkan pada varian virus corona ini diambil dari alfabet Yunani, Omicron. Omicron artinya adalah huruf ke-15 dari alfabet Yunani.

Dengan demikian, salah satu varian pertama dengan mutasi signifikan yang diurutkan di Inggris, yaitu B.1.1.7, diberi nama Alpha. Serta varian yang berpotensi mengancam yang muncul di Afrika Selatan pada tahun 2020 yang disebut Beta. Mengikuti metode itu, WHO pada Jumat, 26 November 2021 menamai varian baru B.1.1529, Omicron.

Selain Omicron, WHO telah mendaftarkan lima "variant of concern" lainnya. Di antaranya adalah Gamma yang berasal dari Brazil, Lambda yang ditemukan di Peru, dan Delta yang berasal dari India. Ada varian lain yang termasuk dalam kategori variant of interest yang juga dinamai menurut alfabet Yunani, yaitu Mu, Zeta, Eta, Theta, Iota, Kappa, dan Epsilon.

Meskipun sesungguhnya sebagian orang  awam juga merasa bingung dengan penggunaan istilah seperti Alpha, Beta, karena tidak semua orang memahami kumpulan istilah fisika itu. Mungkin dengan sebutan misalnya, SARS-CoV-2, atau SARS-CoV-3 dan seterusnya, awam lebih bisa mendeteksi apa varian virus yang menyerang terakhir sejak awal ditemukan di Wuhan pada 2019 silam, berdasarkan penomoran terakhir.

Bahkan jika kita mau merujuk pada riwayat  covid-19 saja sebenarnya Omicron-B.1.1.529 adalah varian ke-8. Sejak ditemukan pada tahun 1960-an coronavirus telah berkembang pesat. HCoV-229E (alpha coronavirus) adalah generasi awal (1960-an), HCoV-NL63 (alpha coronavirus -2004), HCoV-OC43 (beta coronavirus-1967), HCoV-HKU1 (beta coronavirus-2005), SARS-CoV (beta coronavirus Severe Acute Respitory Syndrome-2003), MERS-CoV (beta coronavirus Middle East Respiratory Syndrome-2012) dan 2019-nCoV/SAR-CoV-2 (novel coronavirus). (kompas.id)

Warning Buat Para Traveller
Jika anda suka bepergian harus waspada, terutama soal prokes dan tata aturan tentang penangan covid-19 yang diberlakukan. Salah satunya, mengapa karantina super ketat, sepulang dari bepergian ke luar negeri. Bahkan artis yang mbalelo, dan melawan dikarantina 10 hari saja, berkemungkinan justru akan "dikarantina" lebih lama di prodeo. 

Sederhananya, karena kita berpatokan  pada adagium, "ketika kita menjaga diri selama pandemi, sebenarnya kita juga menjaga orang lain". Jadi karantina sebenarnya tidak hanya karena kepentingan kesehatan kita sebagai pribadi, tapi juga kesehatan orang lain, bahkan negara. Bayangkan jika kita membawa bibit corona omicron, dan tanpa sadar menularkannya kepada banyak orang dari keluarga, teman, bahkan hingga para fans, dalam kasus selebriti yang bandel dan viral di media itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun