Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

A Thousand Miles Away; #7 Ketika Bocil Halu Dengar Barzanji

30 Oktober 2021   09:07 Diperbarui: 30 November 2021   14:58 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul ini jelas versi aku ketika kecil.

Menurutku kisah ini lucu tapi juga aneh. Mungkin aku termasuk jenis anak pengecut, maksudku kalau sudah bicara hantu, setan atau segala sesuatu yang mistik aku paling alergi. 

Begitu penakutnya aku, aku memilih buang air kecil di pinggiran jalan di depan terminal di depan rumah daripada di kamar mandi belakang rumah. 

Gara-gara kejadian konyol itu aku pernah kena "tengu", tidak jelas apakah itu kuman atau binatang kecil sejenis kutu yang membuat, maaf kemaluan anak-anak meradang jika tergigit olehnya, karena kotoran  yang menempel di celana.

Di kampungku, maksudku di daerah pinggiran kotaku, sudah menjadi kebiasaan jika malam jum'at para orang tua membaca barzanji, dengan diiringi tetabuhan seperti rapai atau rebana. 

Ritual itu dimulai dari sehabis isya hampir tengah malam dan selesai menjelang dini hari, sekitar jam dua atau jam tiga. 

Kebetulan rumahku tak jauh dari masjid, sehingga suara berzanji melalui speaker bisa terdengar dengan jelas, dan anehnya aku selalu merasa suara itu mistis, dan menurutku yang masih anak-anak, barzanji jadi kedengaran seperti ritual mistis?. Aneh!. Dasar anak-anak!.

Karena kejadian itu, aku selalu berusaha untuk tidur lebih cepat pada malam jum'at sehingga aku tak perlu mendengar suara barzanji itu. Begitu seterusnya setiap malam jum'at aku selalu tidur lebih cepat. Ibuku mungkin heran juga, karena biasanya aku paling telat tidur tiba-tiba jadi paling cepat tidur.

Sekali waktu aku main kerumah teman dan akhirnya kemalaman pulangnya, dan tak sadar kalau malam itu malam jum'at, akhirnya aku lompat ketempat tidur dan berusaha tidur secepatnya, padahal waktu itu menjelang barzanji dilakukan. 

Ibu hanya bilang jangan lupa berdoa, dan setelah kubaca tetap saja mata tak bisa dipejamkan, bahkan hingga barzanji kemudian dimulai dan malam makin larut, akhirnya bahkan semua orang di rumah telah tertidur. 

Tinggallah aku sendiri justru yang tak bisa tidur. Aku tak bisa bayangkan bagaimana suasana malam itu, aku berusaha masuk ke dalam selimut, berusaha menutup seluruh badan, dan berharap hantu atau setan yang sedang berkeliaran tak bisa melihatku di dalam selimut.

Badan dipenuhi dengan keringat, bawah selimut menjadi semakin panas dan bernafas juga makin sulit, tapi aku juga tak mau melepaskan selimut agar aku bisa bernafas dengan leluasa. Barangkali itulah yang menyebabkan tambah lama dan tambah malam aku tak bisa tidur. Sampai aku kelelahan dan tak sadar tiba-tiba telah tertidur.

pixabay.com
pixabay.com

Paginya aku pasti bangun telat karena aku kemalaman tidurnya, dan Ibu dengan tak sabar biasanya mendorongku langsung ke kamar mandi, supaya aku tak telat sekolah dan sempat sarapan pagi. Ibuku, meski dengan terburu-buru tapi sigap dan sambil sesekali cemberut yang dibuat-buatnya karena ketakutan anaknya telat sekolah berusaha membereskan semuanya. Dan begitu semuanya beres, sambil menyerahkan tas dan membereskan rambut dan bajuku, ibuku juga memukul pinggul kami sambil bercanda dengan manja. Sambil berlari aku mengucap salam dan dibalas ibuku dengan salam dan lambaian tangan. 

Begitulah ibu, memulai hari dengan kesibukan luar biasa, santai sebentar, lalu dimulailah rutinitas memasak, membereskan rumah yang ditinggalkan berantakan setelah kami berangkat sekolah dan begitu semuanya beres, ibu menunggu kami anak-anaknya pulang dari sekolah dengan perasaan rindu, padahal kami pulang untuk membuat rumah kembali berantakan. Kami tahu karena kegembiraan terlihat di wajahnya setiap kami pulang dan sambil membuka baju kami, menanyakan kabar sekolah hari itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun