Badan dipenuhi dengan keringat, bawah selimut menjadi semakin panas dan bernafas juga makin sulit, tapi aku juga tak mau melepaskan selimut agar aku bisa bernafas dengan leluasa. Barangkali itulah yang menyebabkan tambah lama dan tambah malam aku tak bisa tidur. Sampai aku kelelahan dan tak sadar tiba-tiba telah tertidur.
Paginya aku pasti bangun telat karena aku kemalaman tidurnya, dan Ibu dengan tak sabar biasanya mendorongku langsung ke kamar mandi, supaya aku tak telat sekolah dan sempat sarapan pagi. Ibuku, meski dengan terburu-buru tapi sigap dan sambil sesekali cemberut yang dibuat-buatnya karena ketakutan anaknya telat sekolah berusaha membereskan semuanya. Dan begitu semuanya beres, sambil menyerahkan tas dan membereskan rambut dan bajuku, ibuku juga memukul pinggul kami sambil bercanda dengan manja. Sambil berlari aku mengucap salam dan dibalas ibuku dengan salam dan lambaian tangan.Â
Begitulah ibu, memulai hari dengan kesibukan luar biasa, santai sebentar, lalu dimulailah rutinitas memasak, membereskan rumah yang ditinggalkan berantakan setelah kami berangkat sekolah dan begitu semuanya beres, ibu menunggu kami anak-anaknya pulang dari sekolah dengan perasaan rindu, padahal kami pulang untuk membuat rumah kembali berantakan. Kami tahu karena kegembiraan terlihat di wajahnya setiap kami pulang dan sambil membuka baju kami, menanyakan kabar sekolah hari itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H