(ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ [Surat An-Nahl : 125]
Ajaklah mereka kejalan tuhanmu dengan cara yang bijak, tutur kata yang baik, dan -andaikan harus berdebat- berdebatlah dengan cara yang baik.
Begitupun dalam penyampaian materi, seharusnya para penceramah itu lebih selektif lagi. Karena tidak semua materi yang benar dan valid bisa disampaikan secara tepat.
Hindarilah hal-hal yang bersifat sensitif.
Penceramah hendaknya memahami audienc yang menjadi objek da'wahnya. Agar da'wahnya bisa tepat sasaran tanpa harus melukai atau menyinggung perasaan personal atau kelompok tertentu.
Begitupun dengan bobot materinya, karena tidak semua materi yang bagus dan wah menurut si penceramah bisa dicerna dengan baik oleh audienc, atau bahkan tidak sedikit juga yang justru malah menjadi bumerang; karena kesalah pahaman dari audienc.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Sayyidina 'Ali -Rodliyallohu 'anhu-:
حدثوا الناس بما يعرفون
Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka.
Selain minimnya kapasitas keilmuan dari para penceramah, dan kurangnya pemahaman mereka terhadap pemilahan materi dan situasi di lapangan, banyaknya oknum penceramah yang komersil dan menjadikan da'wah sebagai lahan bisnis mereka, hal ini menambah kebobrokan dunia da'wah di indonesia.
Da'wah juga sudah dinodai oleh kepentingan-kepentingan pribadi, pergerakan dari golongan-golongan tertentu bahkan bagian dari panggung politik.