Menyusul penerbitan buku itu, mulai Sabtu, 23 Januari 2016 nanti, saya menggelar pameran musik bertajuk “Rock Memberontak: Melawan Pemangkasan Kenikmatan” di Studio Sang Akar, Tebet. Selama 14 hari, foto konser rock lokal, poster konser, dan ilustrasi terkait buku “Rock Memberontak” akan dipamerkan. Sebagai pembuka, akan ada sesi bedah buku. Untuk penutupnya, akan digelar sesi bedah lagu “Jiwa Yang Berani”, yang ditulis khusus oleh Che dan Robi untuk buku tersebut. Intinya, pameran itu, lagi-lagi, adalah pernyataan pribadi kami bahwa musik sangatlah penting, sehingga kita harus mulai mengenali dan belajar menikmati beragam dimensinya yang non-bunyi.
Sebenarnya, kalau saja musik rock di negeri ini statusnya adalah anak emas seperti jazz atau EDM, saya rasanya tidak perlu repot-repot begitu. Saya tidak perlu menerbitkan buku dan membuat pameran musik rock sendiri. Sayang, kondisinya memang memaksa saya melakukan itu semua.
Namun, melihat perkembangan ‘mendadak’ yang tersirat dari hadirnya iklan tersebut, barangkali masa depan musik rock di negeri ini akan berangsur cerah. Sejujurnya, saya memang berharap seperti itu. Kalau sudah demikian, baik juga kalau saya mengubah judul kampanye/gerakan ini menjadi “Rock Memberontak, Rock (kembali) Menjual”, hahaha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H