Mungkin memang sudah karakter dari konser dalam sebuah festival, tidak banyak menit-menit dibuang untuk basa-basi. Setelah bernyanyi bersama sebentar, seolah memberi pemanasan dan mengetes pengetahuan audiens, Stryper langsung menghantam dengan Murder by Pride.
Sungguh saya tidak tahu bagaimana bunyi lagu tersebut di versi rekamannya. Namun malam itu, lagu tersebut, dan lebih dari 15 lagu lainnya yang juga mereka bawakan, terdengar sangat solid dan nikmat didengar.
Permainan gitar melodi kembar Michael Sweet yang merangkap jadi vokalis utama dengan Oz Fox yang memang berperan sebagai gitaris utama sungguh memukau. Dengan kecepatan seperti itu, bahkan lebih cepat dari gerakan jemari saya mengetik kalimat dalam notes ini, mereka bisa memainkan nada yang sama persis timing-nya, tanpa saling melihat. Gilak!
Tak jarang posisi keduanya terpisah sangat jauh, saat Michael Sweet menghampiri penonton di sisi kanannya, dimana memang ada semacam jembatan kecil yang menurun, menghubungkan panggung yang tinggi dengan bibir panggung yang menempel langsung ke audiens. Disini jugalah ia memberikan syal yang dikenakannya kepada salah satu audiens.
Di mata saya, bahkan mungkin bagi penggemar sejatinya juga, permainan musik mereka sempurna. Lagu-lagu mengalir mulus dan bertenaga. Komunikasi dengan audiens sangat luwes dan enak diikuti. Bahkan saya ikut-ikutan teriak “...Loud!... Clear!” setelah Mike memberi contoh. Hahaha, what a poser!
Yang paling saya nikmati adalah keanggunan Michael Sweet. Suaranya memang tinggi dan keras, permainan gitarnya juga cepat beringas, namun keanggunan gaya berjalan, gaya mengibas rambut, dan gaya memegang mikrofonnyalah yang luar biasa.
Dalam balutan jins model lama dan jaket beludru hitam, dia bergerak kesana-kemari, seperti merak bersuara emas. Menebar pesona melalui lengkingan gitar maupun pita suaranya.
Dan termehek-meheklah semua om-om serta tante-tante yang malam itu hadir disana, ketika Mike menyanyikan Honestly sendirian di panggung. Korek menyala. Tangan melambai. Saya berani bertaruh, pasti banyak air mata terjatuh!
Satu jam setengah berlalu dan mereka undur diri. Yellow and Black attack menutup JRL 2010 dengan manis. Sangat manis.
Maka bersama banyak teman yang semua sumringah meski lelah, dini hari itu saya pergi meninggalkan arena JRL. Meninggalkan tanah becek, yang kini sudah mengering, yang penuh dengan kenangan. Sebagian buruk, sebagian lagi luar biasa indah. Seperti cahaya.
Seperti yang dituliskan oleh Johan Huzinga, profesor kebudayaan asal Belanda, dalam bukunya di tahun 1938, kita semua, saya dan Anda, pada hakikatnya adalah homo ludens. Manusia yang bermain. Dan sejatinya, tiga hari penuh bersama Java Rockingland kemarin adalah taman bermain rock n’ roll yang sungguh luar biasa.