Astral Plane, lagu terbaru mereka, disambut muka-muka heran dan kebisuan massal, sampai kemudian Adore membahana dan menghapus semuanya. Kami kembali bernyanyi, meloncat, dan tertawa bahagia.
Moody adalah nama tengahnya dan misterius adalah marganya. Entah dengan maksud apa, Billy kembali memainkan lagu baru, Song for A Son, yang sangat sedih, tepat ketika audiens mulai memanas dan mengharapkan mereka memainkan rentetan hits internasionalnya.
Puncak kegembiraan kami, itu jika perasaan campur aduk antara senang, khawatir, gemas, heran, dan kesal dapat disebut puncak, adalah ketika suara cemprengnya menyanyikan ini: “The world is a vampire...”
Semua mendadak beringas dan bumi gonjang-ganjing. Sungguh, aspal tempat saya berdiri, dan melompat, saat itu benar-benar bergetar!
“Now you’re alive," katanya sembari terkekeh menjijikkan. Benar-benar seperti vampire.
Dari sana perjalanan musikal kami dengan Smashing Pumpkins hanya menemui turunan terjal. Sederetan lagu baru yang tak kami kenali, serentetan eksperimen gitar dan sound, termasuk didalamnya gesekan gitar Billy pada monitor, menjadi menu yang sangat mengherankan, jika tidak bisa dibilang menyiksa.
Ketika akhirnya Tarantula bergema, semua sudah terlambat. Satu jam yang dijanjikan sudah lewat dan Billy, tanpa belas kasihan, melambaikan tangan sambil mengucapkan salam perpisahan.
Tidak ada 1979. Tidak ada Zero. Tidak ada encore.
Bahkan ketika teknisi panggung, dalam gelap, mulai membereskan drum set Smashing Pumpkins, lima belas menit kemudian, kami semua masih disana. Ternganga dan tenggelam dalam rasa tidak percaya.
Smashing hanya sampai disini? Really? Billy?
Setengah jam kemudian dan saya pun akhirnya sadar, Smashing Pumpkins tidak akan kembali.