Nito, Irsya, Pronky, dan Arie, tak perlu ditanya! Meski tak terlihat ugal-ugalan, kecuali Nito yang beberapa kali maju ke depan, memainkan gitar di punggung, dan mencoba crowd surfing yang (untungnya) tidak berhasil, dalam hatinya mereka pasti sedang terbang ke angkasa!
Tempo turun, meski hanya sejenak, ketika Dedot menggantikan Hasley membawakan Unthought Known. Si vokalis satu ini pun sesungguhnya sedang gundah karena ibundanya masih dalam perawatan karena kanker.
Bagi kalian berdua, Hasley dan Dedot, juga Ino, saya do’akan semoga semua segera membaik.
Puncak kegilaan saya malam itu tercapai ketika sayatan gitar maut Nito bercumbu dengan gemuruh drum Irsya yang menderu. Got Some! Dan jadilah itu pengiring crowd surfing saya yang paling lama, dan paling sukses, sejauh karir saya bersama komunitas gila ini, hahaha!
Unke dari Bittertone menggantikan Pronky menutup sesi Perfect Ten dengan Supersonic. Nomor dinamis yang sadis dari Backspacer, yang membuat kami jatuh hati pada Bittertone dalam perhelatan Backspacer Listening Party beberapa bulan lalu.
Walau sudah setengah mampus, saya selalu punya energi untuk Versus.
Cupumanik, yang dini hari itu menggunakan satu gitaris tambahan bernuansa metal untuk mengisi posisi Rama, menyapa dengan Glorified G. Berturut-turut kemudian Rearviewmirror dan Rats, yang tentu saja kami lahap dengan buas!
Moshing dan crowd surfing terus berlanjut, dengan Che sebagai salah satu pelakunya.
Setelah mereda sejenak dalam Daughter, mendengarkan ceramah dini hari Che soal proyek dokumentasi Grunge Indonesia yang tengah digarapnya bersama Eko HC dan Joshua dari RSI, kebakaran panggung berlanjut hingga sesi itu selesai.
Alone, SOLAT, Animal, dan Go menderu tanpa henti!
Selama nyaris dua puluh menit penuh moshing pit terus bergejolak. Para pelaku crowd surfing seperti menemukan sanctuary-nya. Menemukan tempat suci untuk terus-menerus terbang di atas kepala. Dan Che, seperti tak mau rugi, berkali-kali terjun bebas dan menikmati pesta ini.