Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2009: Grunge Gods II - We Don't Need No Definition

30 April 2011   17:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Luka dan bisa kubawa berlari. Berlari. Hingga hilang pedih perih... Aku mau hidup seribu tahun lagi..."

Itulah puisi Chairil Anwar yang disisipkan Robi di penghujung penampilannya, jam dua pagi. Sejujurnya, jika grunge, atau setidaknya rock, di negeri ini dimainkan seperti Navicula semalam memainkannya, jangankan seribu tahun lagi, sampai matahari padam pun ia akan selalu terdengar. Akan selalu terasa. Menemani hidup kita semua. Memberi makna melalui tawa dan juga air mata.

Grunge Gods II, yang kali ini berlokasi di Prost Beer House di bilangan Kemang, seolah ingin mengukuhkan keinginan tersebut. Sebuah pertunjukan daya hidup dari band-band pengusung rock dan grunge yang meskipun hidup penuh penderitaan, disingkirkan dari hingar-bingarnya industri musik bernilai trilyunan rupiah, namun tetap menolak kematian. Bahkan pembuka upacara pemujaan kebebasan berkarya malam itu pun adalah Besok Bubar, rock band yang sesungguhnya sudah benar-benar bubar, namun bangkit dari kuburan demi menjawab panggilan Grunge Gods edisi kedua ini!

Membuka dengan Diskriminasi, Besok Bubar menggebrak audiens dengan kebebasan ekspresi. Amar, si vokalis berambut gondrong layaknya Cornell di era Louder Than Love, memuntahkan paru-parunya hingga puas.

Beberapa nomor milik sendiri dan Soundgarden digeber tuntas. Auidens yang masih terbilang adem-ayem pun mulai merespon. Tidak ganas memang. Belum ada yang terbang melayang seperti yang nanti terjadi berulang-ulang. Namun energi malam itu sudah mulai terasa membakar. Terlebih ketika Amar merelakan gitarnya digaruk oleh audiens di tepi panggung. Jadilah si gitar itu terombang-ambing di pelukan penonton. Meraung-raung tidak karuan dijamah oleh sekian banyak jemari, hingga akhirnya kembali ke pangkuan si pemilik. Untung kembali! Kalau tidak, benar-benar bubar deh!

Respito menjadi menu berikutnya. Rock band yang kerap mengkampanyekan batik ini menyuguhkan nomor-nomor beragam. Mulai Stone Temple Pilots hingga Pearl Jam. Mengundang gitaris tamu, mereka menunjukkan keberanian dengan membawakan Blood. Terus terang, menurut pendapat saya yang bukan musisi, ini adalah lagu yang sulit.

Namun yang benar-benar muncul ke permukaan adalah Freedom. Lagu cadas milik mereka sendiri. Mantap! Suara gitar yang menderu mengiringi jeritan vokal yang seolah menumpahkan semua kesangsian dalam jiwa. Melihat ekspresi wajah Pheps ketika meneriakkan "Freeeedoooommmm!!!", rasanya memang ada sesuatu yang penting, dan mendesak, yang ingin disampaikan. Sayangnya saya tidak tahu sama sekali bagaimana wujud lirik lagu ini secara lengkap.

Malam itu dilanjutkan dengan Sonic Death. Kehadiran vokalis cewek yang sekaligus pembetot bass di band ini sedikit menyejukkan audiens yang sudah menunjukkan tanda-tanda bakal kalap. Apalagi dia membuka dengan: "Oh ya, ini kenalkan..."

Gerrr... Sahutan-sahutan jail beterbangan di udara. Saya rasa malam itu memang banyak jomblo berkeliaran di sekitar panggung. Bagaimana mungkin ajakan kenalan seperti dilewatkan begitu saja?

Sayangnya saya tidak menyaksikan penampilan mereka secara tuntas. Bukan apa-apa, saya terpaksa keluar ruangan karena tidak tahan dengan asap rokok. Maklum, saya kan memang mudah terharu. Mata saya selalu berkaca-kaca jika ditempatkan dalam ruangan penuh asap rokok.

Menyegarkan diri selama 15 menitan di luar, saya masuk kembali dan disuguhi penampilan langka. Bagaimana tidak? Stigmata, yang sudah tidak pernah terlihat selama dua tahun belakangan, tampil dengan kekuatan penuh. Minus penggebuk drum, yang malam itu posisinya digantikan oleh istrinya Joshua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun