Saya merasa, mungkin dunia kita akan menjadi sedikit lebih baik, jika kita semua menjadi sedikit lebih senang memberi. Seperti halnya titik aneh yang kadang terlihat di langit itu. A human being that was given to fly...
Reza cs masuk mengisi jeda sebelum badai penghabisan. Footsteps dan Angel, dua nomor yang benar-benar hanya bisa dipahami oleh die hard fans Pearl Jam, mengalir mulus. Kadar kecintaan Reza sendiri sudah tidak perlu ditanya. Sesaat sebelum tampil, dia harus mengantar ibundanya ke rumah sakit. Bro, thanks untuk kemunculannya.
Lima belas menit menjelang jam sebelas, kegilaan mulai lepas. Rombongan bule yang sejak awal ikut bernyanyi dan moshing, semakin menjadi-jadi. Uap tubuh dan asap rokok membubung. Alkohol dan keringat silih berganti masuk dan keluar tubuh. Dua ratus jiwa yang bebas bersatu dalam satu nafas. Menunggu. Menanti kemunculan sang pamungkas. Suara kayu yang digadang-gadang akan meniupkan panggilan kepada seribu nyamuk merah. Sonic Wood.
Saatnya telah tiba...
Ryo membuka penampilan Sonic Wood dengan nomor magis. Release.
Tak perlu banyak sapa. Audiens yang memang sudah menanti langsung menyambut. Menyahut mantap mengumandangkan koor layaknya para biksu dari negeri atap langit, Tibet. "Ooohhh... Ooohhh..."
Nito, Alex Kuple, Adhit, Ryo, dan Made adalah lima laki-laki yang tidak boleh ditantang. Ketika undangan untuk memainkan lagu-lagu yang belum pernah dimainkan sebelumnya datang, sekonyong-konyong setlist mewujud dalam bentuk yang mengerikan: Comatose, Severed Hand, Come Back, Red Mosquito, hingga Guranteed muncul sebagai kandidat. Dan memang tepat seperti itulah yang kemudian dimainkan!
Tidak berhenti disitu. Bahkan Got Some, lagu dari album ke-9 Pearl Jam berjudul Back Spacer, yang hingga hari ini belum ketahuan tanggal rilisnya, juga disikat!
Pukulan drum Made dalam intro Severed Hand terdengar empuk dan sangat pas membuka sesi terakhir malam itu. Audiens, dan semua performer dari empat band sebelumnya, larut dalam upacara jingkrak-jingkrak tiada akhir bersama gerombolan bule yang sudah bertelanjang kaki dan mulai melayangkan sikut tanpa ampun.
Corduroy, yang mengingatkan saya pada seorang sahabat nun jauh di Surabaya, yang baru saja dikarunia seorang putra, menelusup kedalam jiwa. Demikian indah Ryo membawakannya. Demikian mulus Sonic Wood mengiringinya. Demikian bahagia kami melumatnya.
Dan akhirnya, lagu yang sudah demikian lama dipersiapkan. Red Mosquito!