Mohon tunggu...
Eko Prabowo
Eko Prabowo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

http://wustuk.com\r\n\r\nhttps://soundcloud.com/rakjat-ketjil-music

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik 2009: Acoustology - Life Breaks Free

30 April 2011   17:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Betterman menjadi menu manis selanjutnya. Jauh-jauh hari Irsya sudah mempromosikan lagu ini kepada saya. Ini adalah versi live at Atlanta '94, dimana menu drum masih dominan. Berbeda dengan hasil akhir di Vitalogy yang ternyata memangkas banyak sekali bagian drum. Versi ini adalah yang paling ramai. Versi yang dimainkan dengan mulus oleh Perfect Ten.

Dedi menggantikan Hasley di nomor Present Tense dan Garden. Dua nomor magis, yang kebetulan sekali, sangat saya sukai. Dan, kalau ini bukan kebetulan, dua nomor ini belum pernah dimainkan di acara komunitas Pearl Jam Indonesia sebelumnya. Benar-benar membius. Dua nomor yang mengajak kita semua berpikir ulang tentang hidup. Tentang jalan yang telah dilalui. Tentang apa makna sebenarnya dari keberadaan kita semua disini.

Mengacu pada tema acara, dua lagu ini adalah jawaban yang tidak main-main dari Perfect Ten. Present Tense sama sekali bukan hits yang terkenal. Bukan lagu sejuta umat. Tapi nyatanya malam itu sebagian besar audiens, yang jumlahnya sudah mencapai 150 orang saat lagu ini digelar, mampu mengimbangi dengan fasih. Gayung bersambut. Die hard bertemu die hard. Alhasil, semua lagu dilahap dengan rakus hingga tandas tak berbekas. Mulai Evenflow, Wishlist, hingga Leaving Here yang terdengar genit.

Apa yang saya sebutkan di awal, dengan membawa-bawa tokoh fiksi segala, mewujud di lagu pamungkas. Lagu yang sesungguhnya tidak masuk dalam setlist resmi Perfect Ten, karena terpaksa saya potong berhubung sudah melampaui kuota. Thanks god anak-anak ini cukup keras kepala!

Semangat kehidupan yang demikian liar mengalir tak terbendung. Dimulai dari belakang drum set milik Irsya, terus menyebar ke seantero panggung merasuki Didit, Ino, dan Arie, bermuara di Hasley yang kemudian memuncratkannya ke seluruh penjuru ruangan. Kepada audiens yang memang semakin larut. Bersama kami menunggangi gelombang dahsyat dari gemuruhnya suara keindahan bernama Porch.

Jadilah akhirnya Hasley dinobatkan sebagai korban malam itu. Diusung keliling ruangan oleh audiens. Dikorbankan di altar kejujuran bermusik. Dan layak kiranya, jika pada akhirnya dia mendapat ciuman penuh gairah dari istri tercinta, yang malam itu mengenakan baju bergambar alpukat, di penghujung penampilannya yang luar biasa.

Saat tenang sebelum badai menjelang. Itulah Alien Sick. Dengan pengalaman tampilnya selama ini, mereka menurunkan tempo sejenak. Memberi kesempatan pada tulang-tulang tua ini untuk memulihkan diri dari kelelahan yang mulai menghampiri. Jessy, seperti biasa, dengan anggun menyampaikan salam. "I just want to scream... Helloooo!!!" Dan kami, audiens yang malam itu demikian terpesona serta bahagia, menyambut dengan koor super kompak sembari duduk manis di lantai.

Suasana santai terus berlanjut. I'it, drummer Dua Sisi yang malam itu kebagian jatah membelai jimbe, setia menemani Olitz dan Pronky mengiringi dongengan Jessy. Sebuah dongeng merdu tentang Neil Young. Figur penting dalam kehidupan Eddie Vedder, yang (saya rasa) tidak pernah berhenti mencari figur bapak pengganti.

"Know a man... His face seems pulled and tense..." Ah, akhirnya lagu ini muncul juga. Lagu yang selalu berdengung di kepala saat saya mengendarai motor cupu menembus angin dini hari. Lagu yang dijanjikan akan dinyanyikan Pheps Respito suatu hari nanti. Off He Goes.

Perkusi menjadi menu selanjutnya. Tidak heran mengingat malam itu adalah Irsya yang duduk di belakang drum set Alien Sick yang sudah dingin ditinggal pergi Dicky. In My Tree dan WMA memantul dalam keremangan. Dua nomor dinamis yang benar-benar manis.

I Am Mine, In Hiding, River of Deceit, hingga Yellow Ledbetter menjadi suguhan dari Alien Sick kemudian. Namun yang paling melekat di kepala adalah Given to Fly. Entah sudah berapa belas kali saya menikmati lagu ini dalam versi live. Tetap saja, setiap kalinya terasa sangat bermakna. Sebuah anthem mengenai kerelaan memberi. Kerelaan berkorban demi sesuatu yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun