Demikian kata Dr Aswandi menjelaskan tentang peran penting rempah-rempah dan komoditi niaga Nusantara di Situs Bongal dan wilayah Tapanuli di Sumtara Utara. Antara titik temu peradaban dan komoditi niaga, menemukan relevansinya.Â
Titik temu peradaban dunia, yang disambungkan oleh komoditi niaga yang dibutuhkan dunia, ditemukan di wilayah Tapanuli, Sumatra Utara.Â
Merujuk penjelasan Aswandi, tentu saja rempah aromatik seperti minyak atsiri, kemenyan, gaharu, bahkan juga kamper, sebagai komoditi niaga utama yang dihasilkan wilayah Tapanuli, Sumatra Utara.Â
Dapat dikatakan bahwa aromatik nusantara, yang ditemukan di Sumtara Utara sebagai komoditi yang mempertemukan berbagai peradaban dunia. Hal ini sekaligus memposisikan wilayah nusantara sebagai poros maritim dunia, sebagaimana konsep yang dicangkan pemerintah Indonesia, melalui nawacitanya.Â
Tentu saja posisi geokultur dan geopolitik Situs Bongal menjadi penting untuk dikaji dalam sudut pandang yang lebih luas. Kajian strategis soal kedudukan Situs Bongal dalam jaringan niaga dan pelayaran Selat Malaka, sebuah selat yang terletak di antara Semenanjung Kra/Semenanjung Melayu (Thailand, Malaysia, Singapura) dan Pulau Sumatra, Indonesia (Aceh, Sumatra Utara, Riau & Kepulauan Riau). Posisi ini penting dikaji dalam perkembangan Keindonesiaan atau Kenusantaraan dalam kancah pergaulan global.Â
Penyelamatan Situs Bongal dan Penetapan sebagai Kawasan Cagar Budaya
Mengingat pentingnya Situs Bongal dalam khazanah peradaban Nusantara, maka Situs Bongal harus diselamatkan. Saat ini ancaman keselamatan situs disebabkan adanya aktivitas tambang emas trasdisional.Â
Rumerahwaty Berutu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kabupaten Provinsi Sumatra Utara, mewakili pemerintah provinsi sangat mengapresiasi dan sudah memulai tindak lanjuti program pendukungan untuk pengembangan Situs Bongal.Â
Juga tak kalah pentingnya adalah penyelamatan Situs Bongal untuk pengembangan situs untuk kepentingan pendidikan, ekonomi maupun sosial budaya. Ibu Irum, panggilan akrab Kepala Bidang Kebudayaan, juga berharap adanya perbincangan dan percakapan yang intens dari para peneliti untuk pertemuan dengan Gubernur Sumatra Utara untuk memaparkan segala hal tentang hasil penelitian arkeologi Situs Bongal.Â
Eri Sadewo, sebagai ketua tim riset mengharapkan bahwa apresiasi positif dari pihak pemerintah provinsi kiranya dapat segera ditindaklanjuti. Hal yang paling pertama dan utama dilakukan, adalah penyelamatan Situs Bongal dari aktivitas pertambangan, yang tidak hanya di wilayah dataran, namun sudah mulai mengarah ke wilayah perbukitan.