Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan: Mewarisi Tradisi, Merawat Bumi

3 April 2022   10:14 Diperbarui: 3 April 2022   12:53 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Mengenal Filosofi dan Nilai Budaya Subak, Bali: Sumber: Kompas

Menurutnya, melalui etnosains sebuah langkah menuju integrasi bentuk-bentuk pengetahuan ilmiah dan asli dalam pengelolaan sumber daya alam untuk masa depan. Integrasi kearifan lokal dan pendekatan etnosains ke dalam kerangka kontemporer untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. 

Akan menjadi semakin penting dalam kebijakan di tingkat internasional dan nasional, baik di negara-negara industri maupun negara-negara berkembang. Made Geria juga mengatakan, Etnosains  tidak hanya memahami sistem pengetahuan tradisional,tetapi juga untuk mengartikulasikannya dengan  sains modern untuk lebih nyata ketermanfaatannya. 

Konsep ini, sepertinya akan menjadi ancangan isu besar bagi riset-riset berkualitas BRIN dalam lingkungan rumah program yang akan dikembangkan oleh OR Arbastra melalui Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB).

Isu Kedaulatan Pangan dalam Riset Arkeologi

Salah satu isu besar, penting dan aktual adalah soal sumberdaya lingkungan. Arkeologi akan bermain pada tataran isu lingkungan masa lampau dalam melihat fenomena lingkungan masa kini, termasuk degradasi lingkungan, perubahan iklim global, kebencanaan dan juga pemberdayaan lingkungan untuk kehidupan kekinian. 

Salah satu isu penting lainnya adalah soal kearifan lingkungan, pertanian berkelanjutan dan kedaulatan pangan masa lampau, yang memiliki nilai dan kebermanfatannya dalam pembangunan berkelanjutan. 

Sulit dimengerti sebenarnya, jika isu kedaulatan pangan ini sepertinya baru-baru saja menjadi trend penelitian arkeologi. Padahal seabreg data riset arkeologi semestinya menjangkau isu ini untuk menjawab kebutuhan hajat hidup masyarakat dan bangsa. Apalagi isu ini sangat aktual dalam berbagai perbincangan publik. 

Baca juga : Pengetahuan Arkeologi: Pelajaran dari Masa Lalu, Sulawesi Utara Surplus Pangan

Meskipun para arkeolog sesungguhnya sudah sangat akrab dengan konsep atau teori arkeologi yang berhubungan dengan aktivitas pertanian atau bercocok tanam masyarakat masa lampau, namun hingga saat ini tidak familiar kita pahami tentang arkeologi pertanian, sebaliknya arkeologi maritim sudah sangat familiar dan sangat berkembang riset-riset tentang ini. Hal-hal yang berhubungan dengan pertanian dan pangan, tidak secara eksplisit kita pahami dari penelitian arkeologi. 

Isu kedaulatan pangan dalam arkeologi, sepertinya memang baru saja menjadi isu yang menarik diangkat. Meskipun beberapa riset arkeologi sebenarnya berhubungan dengan soal itu. Misalnya riset tentang sistem hidrologi di Banten Lama, ataupun riset tentang sistem Subak Bali. Nah soal ini, menarik pula apa yang disampaikan oleh I Made Geria, soal pengelolaan air masa kuno. 

Soal ini selain berhubungan dengan kearifan lingkungan, juga berhubungan dengan sektor pertanian dan ketahanan pangan. Hanya saja, isu kedaulatan pangan sepertinya belum terangkat secara eksplisit. Setidaknya jika melihat jurnal-jurnal ilmiah arkeologi, minim atau belum ada pembahasan secara eksplisit terkait arkeologi dan kedaulatan pangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun