Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan, Ibu dan Ibu Pekerja: Warna Peradaban dari Masa ke Masa

23 Desember 2021   10:52 Diperbarui: 24 Desember 2021   05:49 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh dan ini terus berkembang sampai sekarang. Pembuatan peralatan sehari-hari dari tanah liat. Yakni tradisi pembuatan gerabah. 

Dari proses pengambilan bahan baku, pembakaran hingga selesai, hal itu merupakan pekerjaan perempuan dan ibu. Kenapa? 

Menurut insting arkeolog saya, karena dalam sakralitas pandangan kosmologis, unsur tanah sebagai bahan baku gerabah berkelindan dengan makna sakral perempuan dan ibu sebagai simbol bumi. 

Pada periode sejarah klasik, fenomena perempuan dan ibu pekerja lebih mudah lagi digambarkan. 

Menurut Titi Surti Nastiti, arkeolog senior Puslit Arkenas, pada masa Jawa Kuno, para ibu sudah melakukan pekerjaannya membantu suami dan keluarga. 

Kondisi yang memperlihatkan adanya kesetaraan gender, karena adanya kesamaan kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki. 

Jabatan-jabatan tersebut, baik yang diperoleh secara genelogis atau karena keturunan maupun prestasi.

Menurut Nastiti, para perempuan dan ibu pekerja sejak masa Jawa kuno sudah melakukan tugasnya, bekerja di sawah, menenun, menganyam dan sebagainya. 

Baca juga : Perempuan dalam Peradaban

Saya kira masih banyak contoh lain di berbagai tempat di Nusantara yang menempatkan ibu sebagai simbol budaya yang suci di ruang privat, maupun simbol ibu yang bersifat profan di ruang publik 

Saya ambilkan satu contoh fenomena budaya kontemporer yang sesungguhnya berasal dari budaya yang sudah sangat tua. Ibu papalele, sebuah profesi bagi kaum ibu, menjajakan dagangannya dengan ciri khas memanggul dagangannya di kepala. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun