Zaman sekarang, nenek-nenek mana yang tidak bisa menggunakan handphone (HP)? Atau bahkan gadget yang lebih canggih? Hampir tidak ada.Â
Kalaupun secara personal tidak mampu menggunakannya, dengan interaksi dengan orang lain, ia mampu memanfaatkannya. Tidak ada nenek-nenek yang merasa asing dengan HP atau gadget.Â
Teknologi sebagai bagian dari produk ataupun proses kebudayaan, tidak bisa dilihat dalam sudut pandang yang simplistik, individual atau personal.Â
Teknologi pun harus diliat dalam kaca mata sistemik dan luas. Melibatkan cara penciptaan dan pemanfaatan secara luas melibatkan banyak orang.Â
Melihatnya dalam kacamata kebudayaan, yang tidak bisa dilihat dalam teropong kecil tingkah laku individual. Ini harus diliat dalam teropong kebudayaan yang sistemik dan fungsional.
Jika kesepian 2045, dimaksudkan sebagai kasuistik personal, ya mungkin saja atau bisa jadi. Namun dalam proses transformasi teknologi, hal itu tidak bisa ditempatkan secara kasuistik atau kasus per kasus secara personal.Â
Bagi saya pribadi, teknologi diciptakan dalam kerangka kebudayaan, sebagai produk budaya, sebagai respon manusia beradaptasi dengan dunia dan lingkungannya.Â
Sebaliknya diciptakan secara prinsip, alamiah dan naluriah sebagai cara mempertahankan eksistensi manusia serta dalam jangkauan kemampuan adaptasi manusia.Â
Oleh karenanya, kesepian 2045, harus dijawab dengan cara kita beradaptasi. Transformasi kebudayaan ditempatkan sebagai proses kebudayaan yang sistemik.
Demikian. Salam Budaya...salam lestariÂ
***