Meski demikian, seandainya diberi banyak waktu, ingin sekali rasanya saya banyak menuangkan pertanyaan ke semua hasil penelitian mereka. Soal hasil riset arkeologi di IKN saya sudah berkomentar lewat K beberapa waktu lalu.
Sementara untuk penelitian yang lainnya, mungkin juga kesempatannya hanya melalui ulasan di K ini.
Namun kata kunci yang saya sampaikan di seminar hasil riset itu, sudah gamblang saya sampaikan.
Riset arkeologi di masa kekinian adalah hasil riset yang mampu membangun narasi kebudayaan untuk menjawab isu-isu kebangsaan.
Sudah bukan zamannya lagi, peneliti arkeologi Indonesia melakukan penelitian arkeologi dengan menghabiskan anggaran ratusan juta per penelitian, namun hanya menghasilkan kronologi-kronologi belaka yang muaranya hanya menghasilkan sekuen waktu kapan dan dimana.
Penelitian arkeologi yang multidisiplin semestinya juga dapat menjawab persoalan-persoalan kebangsaan dan pembangunan berkelanjutan.
Penelitian arkeologi sebagaimana dikatakan Fadjar Ibnu Thufail, peneliti sekaligus Plt. Kepala Pusat Penelitian kewilayahan BRIN, hendaknya bukan semata penelitian yang deskriptif.
Namun penelitian multidisiplin dengan kerangka pemikiran, metodologi dan analitik yang baru.
Nah, saya merasa apa yang saya pikirkan atau saya pertanyakan, terjawab oleh Fajar, karena selain beliau memang salah satu peneliti berpengalaman juga tulisan-tulisannya yang mencerahkan.
Jadi nilai kebaruan atau novelty menurut Fadjar, dilihat dari kebaruan konsep, kerangka teoritis dan pendekatannya.