Rasa penasaran saya tak tuntas. Justru penasaran makin parah. Jarno seperti lelaki yang aneh saya rasa. Lalu siapa wanita kedua dan ketiga yang ditelpon malam berikutnya.Â
"Ah, saya harus tanya daripada mati penasaran" kataku sambil garuk kepala.
Saat Jarno duduk di beranda depan kamarnya. Sayapun mendekatinya dan berlagak polos menanyakan semua percakapan malam kemarin antara Jarno dengan seseorang di telpon.Â
Ternyata Jarno tidak keberatan dan merespon rasa penasaran saya. Ia pun mulai menceritakannya. Ia mulai bercerita.Â
Baginya, tidak ada satupun di dunia ini sama satu sama lain. Selalu ada kondisi dan cara menghadapi yang berbeda satu sama lain. Begitu juga dengan cinta dan kasih sayang.Â
Anjirrrr...ternyata urusan Jarno dengan kedua wanita yang ditelpon itu hanya persoalan cinta dan kasih sayang. Picisan bener si Jarno. Pikirku lagi.Â
Jarno mulai bercerita. Jarno punya seorang Istri  dan dua anak yang amat dicintainya. Tetapi ia menyayangi dua wanita lainnya. Juga anak-anak dari dua wanita itu.Â
Mungkin Jarno salah. Tapi ia memang berniat melindungi dan mengayomi dua wanita lainnya.Â
Kata Jarno, dua wanita lain itu kekasih gelapnya. Tapi Bukan Sephia. Namanya? Entahlah. Bodo amat.
Kata Jarno, Bukan Sepia I ia sayangi karena seorang single parent yang harus mengurusi keempat anaknya sendirian. Suaminya sudah lama minggat dan tak ada kabarnya setelah bertahun-tahun lamanya. Â
Kata Jarno, Â rasa sayangnya ke Bukan Sepia I, lebih karena iba melihatnya seorang diri dengan penghasilan pas-pasan sebagai penjaga toko.Â