Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Langit Biru di Atas Kota Palu

27 November 2021   08:23 Diperbarui: 28 November 2021   17:58 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pantai Talise, kondisi sekarang. Sumber: dokumen pribadi

Kota Palu, rindu dalam sepotong kenangan yang telah berdebu dan terlupa itu, kini terurai. 

Kenangan tak lagi terendap, tapi melesap dalam perjumpaan pada waktu yang tak pernah terkira.

Pernah suatu ketika saya ingin sekali ke kota Palu, namun baru terlaksana tahun 2019, ketika saya sudah bekerja di Balai Arkeologi Sulawesi Utara. 

Saat itu, kami melaksanakan sosialisasi arkeologi, sebelum ke kawasan Lore Lindu, tepatnya di Lembah Besoa untuk melaksanakan program Rumah Peradaban.

Namun saya ingin menceritakan tentang Kota Palu, saat saya berkesempatan untuk kali kedua ke sana. 

Hari-hari ini Kota Palu kembali bergeliat, setelah duka pilu mengguncang kota itu akibat gempa dahsyat dan tsunami tahun 2018 lalu. 

Salah satu ruas jalan di Kota Palu. Sumber: dokumen Pribadi
Salah satu ruas jalan di Kota Palu. Sumber: dokumen Pribadi

Kota kembali bercahaya, dengan kadar Kota Palu yang setia bersahaja. Pantai Talise dengan patung kudanya berwarna putih masih tetap kokoh dan berdiam diri di tempatnya. 

Cahaya lampu, warung-warung dan tenda penjual jajanan kembali berlomba menjajakan dagangannya di tepi pantai yang sempat porak poranda, diguncang gempa. Sepi, sunyi dan lengang untuk beberapa waktu, berdiam diri pasca tsunami. 

Beberapa bangunan yang rusak ditinggalkan begitu saja pasca Gempa dan Tsunami 2018. Sumber: dokumen Pribadi
Beberapa bangunan yang rusak ditinggalkan begitu saja pasca Gempa dan Tsunami 2018. Sumber: dokumen Pribadi

Kini, Kota Palu kembali menari gemulai, meski pelan dan trauma masih menyisakan pilu bagi sebagian warganya. Meski demikian, pada umumnya mereka ingin melupakan kenangan pilu itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun