Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arkeologi Kebangsaan: Dinamika Kelampauan dan Rona Awal Peradaban di Ibukota Negara

17 November 2021   13:49 Diperbarui: 17 November 2021   16:53 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelampauan dan Timbul Tenggelamnya Peradaban di Lokasi IKN

Mari kita perbincangkan hal ini. Dari temuan arkeologis oleh Tim Riset Puslit Arkenas yang dipimpin oleh Truman Simanjuntak, seorang arkeolog kesohor dan bereputasi. 

Kita ketahui, bahwa di lokasi calon IKN itu, bukanlah ruang kosong tanpa sejarah peradaban. Di lokasi itu ditemukan jejak peradaban puluhan ribu tahun lalu. Bahkan jejak industri metalurgi kuno, berupa indutri peleburan besi. 

Dengan demikian, lokasi IKN yang dalam peta kawasan dipenuhi oleh kawasan hutan, bukanlah ruang hampa tanpa jejak peradaban. dengan lokasi yang hanya 10-20Km dari titik 0 (nol) IKN. 

Maka jejak peradaban purba itu, merupakan sebuah potensi yang harus diselamatkan. Karena ada identitas kebangsaan disitu. Bukan semata, jejak peradaban, tapi juga khasanah kebangsaan dalam proses Indonesia menjadi.

Kelampauan IKN, membuktikan, bahwa IKN yang akan dibangun meskipun masih bersifat rona awal, namun memperlihatkan betapa IKN merupakan ruang dinamis dari sebuah perjalanan peradaban yang dulu pernbah berkembang hingga kondisi yang sekarang.

Mungkin pemilihan IKN, pada awalnya pertimbangan kondisi lingkungan dan posisi geografisnya, namun siapa sangka, bahwa di lokasi itu juga ada jejak-jejak peradaban manusia, dari bermukim di gua-gua, hingga mengenal industri logam. 

Dalam konteks kekinian, bagaimana peradaban itu kemudian musnah atau tidak berkembang? Kenapa lokasi IKN itu kini hanya kawasan hutan yang sekarang bisa kita temui? Kenapa ibukota Kabupaten Paser Utara di Panajam, bukan di titik yang sekarang akan dijadikan sebagai lokasi IKN?

Pertanyaan-pertanyaan ini semacam usaha pembuktian terbalik? Bahwa peradaban yang dulu ada, kemudian tenggelam itu menjadi catatan penting bahkan menjadi bahan kajian yang harus mendalam, bagaimana jika kondisi kekinian menjadi IKN, sementara pada masa lampau pernah ada peradaban yang tenggelam atau tak bisa bertahan?

Meskipun masih sebatas rona awal, setidaknya para arkeolog bisa melakukan analisa, mengapa peradaban di IKN masa lampau dengan temuan artefak-artefak puluhan ribu tahun lalu di Gua Panglima. 

Masa kemudian berkembang pula industri peleburan logam. Lalu saat ini kawasan itu sebagain besar hanya hutan? Kemana jejak peradaban masa lalu itu berpindah? Atau mengapa industri peleburan besi tak berlanjut? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun