Jalanan tak pernah meninggalkan jejak mu. Dan aku hanya memandang lengang.Â
Baiklah. Kau memang merpati yang tak pernah berjanji. Lalu mengapa aku selalu berharap kepastian. Dan mengapa pula kau selalu meninggalkan harapan yang tak pernah ku mengerti?
Mungkin kita memang tak pernah ada diantara dua hal. Keraguan dan kepastian. Kita hanya dua mahluk yang saling terbang meninggalkan tempat asalnya.Â
Mencari tempat nyaman. Namun hanya menjumpai yang tak pernah berdinding. Dengan atap dedaunan dan jerami yang tak pernah selesai dianyam.Â
"Terbang dan menghilanglah sementara, itu lebih baik" katamu dengan kalimat yang tak pernah usai. Sebenarnya.Â
"Dan terbang dan menghilanglah selamanya, jika kau tak pernah merasa kehilangan" katamu memancing kalimat jawabanku.Â
"Kenapa aku yang mesti terbang dan menghilang?, bukankah akulah penjaga siang dan malam, menunggui kepak sayap menerbangkan mu kembali? "Â
Jawabku penuh tanda tanya, seperti juga kata tanya yang kau tinggalkan di jejak langkahku.Â
"Terbang dan menghilanglah, jika kau tak pernah memerlukan kehadiranku". Kataku, sambil merapikan kalimat-kalimat yang akan kuberi tanda titik. Â Sesaat lagi.
Meski aku ragu, kapan dan dimana tanda titik itu ku bubuhkan di kalimat akhir, yang takkan lagi ada jeda kalimat tanya. Darimu.Â
Kau terdiam. Meski kau masih mengepakkan sayapmu dan terbang merendah. Seperti memberi tanda, kau pun ragu, sebab cakrawala yang kau tuju, mulai menghilang.Â