Misalnya, Minahasa Selatan, di Desa Bajo, Kabupaten Minahasa Selatan, para arkeolog menemukan makam-makam kuno Islam.Â
Namun masih di kota distrik yang sama, di lokasi itu pula ditemukan makam kuno Tionghoa.Â
Amurang, memang salah satu kota distrik yang cukup popular di Sulawesi Utara pada masa kolonial.Â
Di kota itu berdiri benteng Portugis, yang kemudian dikuasi Belanda pada masa pendudukan Belanda.Â
Baca juga : Membaca Riwayat Kemultibudayaan Indonesia dari Jejak Kota dan Makam-makam Kunonya
Wajar jika, embrio kota sebagai kota multikultur terbangun disana. Begitu juga di beberapa kota lainnya di Semenanjung Minahasa, seperti Tomohon, Tondano dan sebagainya.Â
Kemudian juga ada kubur-kubur kuno Tionghoa di wilayah-wilayah yang sama di Semenanjung Minahasa, juga mengungkap adanya para pedagang Tionghoa di sana.Â
Makam-makam kuno para penginjil yang terungkap dalam penelitian arkeologi tersebut, menandai kuatnya pengaruh Kristen di Tanah Minahasa.Â
Semuanya itu, menjadi cikal bakal perkembangan masyarakat Minahasa yang multikultur hingga hari ini.Â
Makam kuno Islam, Makam kuno Tionghoa dan makam kuno Eropa menandai perjalanan sejarah perkembangan masyarakat multikultur di Provinsi Sulawesi Utara.Â
Makam Kuno Eropa dan Makam Penginjil