Mempublikasikan sebuah hasil penelitian adalah salah satunya, dan justru yang utama bagi karir peneliti adalah mempublikasikannya dalam karya tulis ilmiah.Â
Meskipun begitu, memang kuat sekali pesan yang tersampaikan adalah bahwa menulis adalah kerja sampingan peneliti. Kesan itupun yang kemudian dikritik oleh Prof. Felix.
Ketika membaca tulisan saya, Prof. Felix membacanya dengan hati. Beliau tidak menekankan atau menggiring bahwa apa yang saya tulis semata-mata tulisan yang salah, keliru, apalagi dangkal. Â
Beliau katakan, bahwa jika merujuk pada kredo publish or perish, publikasi atau lenyap, maka penulisan -- dalam arti publikasi -- adalah puncak kerja penelitian.Â
Namun, di satu sisi juga dikatakannya, bisa disebut menulis sebagai kerja sampingan bagi peneliti misalnya adalah penulisan populer.Â
Dengan demikian, dengan hati Prof Felix, membesarkan hati saya, tidak sebaliknya mendangkalkannya.Â
Saya tidak akan berpanjang lebar silakan baca sendiri dua artikel yang saling menguatkan itu.Â
Menulis dengan empati dan membaca dengan hati, nilainya menyemangati, tanpa perlu interupsi, apalagi menyebabkan ketersinggungan hati.Â
Baca :Â
a. Keuntungan Berlipat Ganda, Menulis sebagai Kerja sampingan Peneliti (Mas Han)
b. Menulis Sebagai Puncak kerja Penelitian (Felix Tani)
Prof Felix, membaca artikel saya, dengan hati, sehingga tanggapan atas tulisan saya, tidak menafikan dan mendangkalkan cara berpikir saya.Â
Oleh karenya, ketika posisi beliau sebagai penulis, menulis tanggapan terhadap artikel saya, rasa empatinya ditunjukkan.Â