Kebutuhan itu tentu tidak bisa selalu bergantung hasil analisis laboratorium di luar negeri. Indonesia, sudah saatnya memiliki laboratorium sendiri untuk melakukan analisis dating atau pertanggalan situs (kronologi).Â
Untuk mengetahui lingkungan situs masa lampau, dan perubahan-perubahannya hingga saat ini, juga dibutuhkan analisis biologi yang membutuhkan seperangkat peralatan laboratorium.Â
Bagaimana orang-orang dulu memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber produksi dan sumber ekonomi, dibutuhkan analisis laboratorium, dari sampel tanah ataupun jenis serbuk tanaman yang di hasilkan dari sampel tanah, dari kotak ekskavasi, dalam penelitian arkeologi.Â
Contoh sederhana, untuk mengetahui jenis makanan apa yang menempel pada tembikar-tembikar masa lampau yang ditemukan dalam kotak ekskavasi penelitian arkeologi, tentu dibutuhkan seperangkat peralatan laboratorium.Â
Pendek kata, riset arkeologi di masa sekarang dan dalam perjalanannya ke masa depan dapat semakin berkembang, jika kebutuhan perangkat peralatan laboratoriumnya memadai.Â
Riset Laboratorium dan Perkembangan Kelembagaan Arkeologi di bawah BRIN
Berkelindan dengan itu, perkembangan kelembagaan arkeologi, melalui Puslit Arkenas dan Balai Arkeologi (Balar) seluruh Indonesia, juga akan semakin maju berkembang, dengan diperkuatnya laboratorium arkeologi.
Oleh karena itu, bolehlah kita berharap, jika konon kabarnya Puslit Arkenas dan Balar akan bernaung di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional di tahun mendatang, maka dunia riset arkeologi akan semakin menjawab kebutuhan itu.Â
Melalui perkembangan laboratorium di Puslit Arkenas dan Balar seluruh Indonesia, maka kelembagaan riset arkeologi nasional semakin prestisius dan akan dapat menjawab tantangan hari ini, bahwa isu-isu besar kebudayaan, melalui hasil riset arkeologi akan terjawab pula.Â
Sebagaimana yang selalu saya sampaikan berulang-ulang, tantangan dunia riset arkeologi adalah bukan hanya merekonstruksi masa lalu, namun juga mengkonstruksi masa depan, melalui pemahaman tentang jati diri dan kebudayaannya sebagai modal kultural membangun masa depan bangsa.Â
Secanggih apapun teknologi yang digunakan, muaranya adalah untuk menjawab soal-soal kebudayaan. Menangkap isu-isu besar kebudayaan dan menerangkannya kepada dunia tentang kebesaran Indonesia.Â