Djulianto Susantio, sebenarnya sudah pernah menyinggung soal pendekatan sains dalam arkeologi. Yang dimaksudkan Pak Dju, begitu saya biasa menyapa beliau, sebenarnya maksudnya hard sains (lihat di sini). Hal ini karena arkeologi tergolong ilmu humaniora yang soft sains
Dalam paparan beliau, seperangkat disiplin ilmu keras digunakan dalam pendekatan penelitian arkeologi yang lebih komprehensif, seperti kimia, biologi, zooarkeologi, botani, geologi dan sebagainya. Pendekatan disiplin ilmu hard sains, itu sebenarnya dalam penerapan metodenya.Â
Sederhananya, untuk mengungkap tentang peradaban dan budaya masa lampau, arkeologi meminjam metode hard sains, sebagai ilmu bantu untuk menjelaskan fenomena peradaban masa lalu.Â
Setelah itu apakah selesai? Ya belum, arkeologi melalui metode, analisis dan interpretasinya akan melihat hubungan-hubungan antar fenomena hasil analisis itu, lalu membangun sebuah kesimpulan tentang isu yang ditelitinya.Â
Hal ini, karena variabel data arkeologi sangat kompleks. Selain menjelaskan berbagai fenomena masa lampau, misalnya lingkungan masa lampau dan kronologinya, arkeologi masih akan melakukan analisis artefak baik tunggal maupun kelompok artefak yang saling berhubungan atau ber-asosisasi, untuk menjelaskan fenomena-fenomena kebudayaan yang diteliti.Â
Yang pasti, analisa laboratorium sangat membantu, bahkan diandalkan bagi para arkeolog yang selama ini sangat berkiblat pada arkeologi baru (new arkeologi), yang mengandalkan disiplin ilmu hard sains lain untuk merekonstruksi masa lalu.
Baca juga: Menangkap Isu-Isu Besar Kebudayaan dalam Penelitian Arkeologi
Belakangan ini, pendekatan riset laboratorium semakin berkembang, mengingat perspektif arkeologi yang berkembang dewasa ini adalah perspektif new arkeologi yang bertolak belakang dengan arkeologi tradisional yang artefak oriented.
Jika arkeologi tradisional, hanya mengandalkan analisis artefak untuk mengungkap sejarah budaya dan cara-cara hidup masa lalu.Â
Maka, arkeologi baru, tidak hanya mengandalkan artefak semata-mata, namun juga hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan dan perubahan-perubahannya untuk menjelaskan secara prosesual perubahan-perubahan kebudayaan.Â
Pendek kata, dunia arkeologi ke depan di Indonesia, riset-riset arkeologi yang memanfaatkan analisis laboratorium semakin dibutuhkan. Untuk mengetahui umur lukisan cadas di suatu dinding gua membutuhkan analisis laboratorium.Â