Seingat saya dulu, membantu menyeberangkan orangtua di jalan raya itu saja itu kita rasakan sebagai bentuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pemandangan yang mungkin dewasa ini sangat jarang terlihat.Â
Seingat saya juga, dulu tidak ada hal yang sepertinya diperdebatkan soal nilai-nilai Pancasila tuh. Semua perbuatan baik membantu orang lain, menolong sesama, sesederhana apapun, kita anggap sudah mengamalkan nilai-nilai Pancasila.Â
Adab sopan santun, budi pekerti, menghormati orang yang lebih tua, menolong orang lain yang dalam kesusahan dan sebagainya, dengan bentuk pengamalan yang paling sederhana pun, kita rasakan sebagai bentuk Pancasilais. Dan tak ada yang perlu diperdebatkan soal itu.Â
Materi pelajaran sekolah Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sepertinya dulu kita anggap sebagai materi Pendidikan Pancasila yang sangat berbobot, meskipun untuk mata jam pelajaran seminggu hanya sekali selama dua jam setiap tatap muka.Â
Beberapa sekolah atau pada catur wulan berikutnya atau pada jenjang kenaikan kelas berikutnya, terkadang dalam satu minggu juga ada yang dua kali tatap muka selama dua jam setiap tatap mukanya.Â
Selain itu, rasa-rasanya pelajaran PMP di sekolah juga bukan pelajaran yang memusingkan, seperti halnya matematika, kimia, dan fisika. Kita bisa mengikuti pelajaran PMP dengan enjoy dan santai.Â
Menurut saya, pengamalan nilai-nilai Pancasila dapat tercapai, jika senantiasa kita mempelajarinya, menerimanya sebagai pembelajaran yang kita terima secara rutin. Karena dengan mempelajarinya secara rutin, atau kita terima secara intens, lama-lama bisa membentuk perilaku kita sehari-hari.Â
Oleh karena itu menghafal butir-butir pengamalan Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam P4, menurut saya bukan sekadar hafalan, tetapi semacam upaya mempedomani. Bukan hafalan semata, namun pedoman untuk mengamalkannya.Â
Oleh karena itu narasi tentang Pancasila dalam tindakan, sesungguhnya berada pada level atau tingkatan yang lebih tinggi, lebih lanjut.Â
Kita sudah tidak pada tingkatan untuk menghafal butir-butir P4 sebagai pedoman pengamalan nilai-nilai Panacasila, lalu mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila itu, tetapi kita sudah pada tahap menjadi tindakan, sebagai cermin kepribadian masyarakat Indonesia sehari-hari.Â
Tindakan sehari-hari masyarakat yang religius dan berKetuhanan yang menghargai dan menghormati sesama manusia, bersatu dan bergotong royong, bermufakat dan berkeadilan.Â