Konsep ini sesuai pula pemahaman filosofi kehendak dari seorang filsuf Nietzche. Menurutnya kehendak itu tidak hanya keinginan atau kemauan yang sangat besar, melainkan lebih dari itu, juga ada tindakan, usaha yang sangat keras atau aktif dan bebas, atau tidak terikat oleh sesuatu.Â
Dengan kehendak, setiap individu akan tergugah jiwanya atau menjadi bersemangat untuk mewujudkan cita-cita. Dalam pandangan Nietzche itu sesungguhnya, setiap orang memiliki energi untuk menjadi "pencipta". Hakikat hidup adalah kehendak untuk berkuasa. Demikian Nietzche.Â
Hmmm...menurut saya, rasa itu hanya bagian kecil dari usaha melahirkan karya. Karya tanpa rasa, juga seperti kering dan garing. Karya apa saja, apalagi sebuah karya tulis. Rasa mewakili sense, kepekaan kita menangkap fenomena.Â
Karya yang lahir dari sebuah pikiran, rasa dan kehendak (tridaya, trisakti jiwa) adalah sebuah kemanunggalan penciptaan dari energi positif manusia. Jadi catur daya (cipta, rasa, karsa dan karya) adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam sebuah proses penciptaan dari manusia.Â
Ada sisi logis dan rasional, ada kepekaan dan empati, juga ada energi berkemauan atau berkehendak, yang mendorong semua proses itu mengalir dan melahirkan sebuah karya, hasil sebuah pikiran, rasa dan kehendak. Karya yang lahir dari tridaya itu, menjadi karya yang orisinal dan agung pada ruang dan waktu.Â
Rasa, itupun sebuah energi jika diolah atau dikelola. Ia tak lekang dimakan usia, tak pudar didera hujan badai. Rasa, adalah mewakili perasaan yang hakiki manusia, bersifat humanis dan puncak dari segala etika. Rasa, bisa jadi menjadi landasan etis sebuah karya. Itu menurut saya ya.Â
Rasa adalah potensi energi yang tersimpan rapi dalam diri manusia. Ia akan menjadi kekuatan dasyat untuk menghasilkan karya. Namun, rasa harus dikelola, dibarengi pula dengan mengelola pikiran, dan juga kehendak.
Oleh karena itu, bagaimanapun kuatnya energi rasa, ia tak bisa berdiri sendiri, paling tidak salah unsur tridaya atau trisakti jiwa lainnya harus ada. Jadi mengelola rasa itu adalah seni mengubah semua hal yang negatif menjadi positif.Â
Mengubah energi negatif menjadi positif. Sebuah puisi tentang luka, duka, derita, nestapa, jika itu mewakili rasa penyairnya, maka karya puisi itu akan menjadi hidup jika penyairnya atau penulisnya mampu mengelola rasa negatif itu menjadi energi yang positif, disitulah adanya pikiran dan kehendak disatukan.Â
Puisi tentang luka, cerpen tentang duka, prosa tentang nestapa, bisa jadi lahir mewakili penulisnya ataupun tentang kisah seseorang, namun ketika dikelola dengan pikiran dan kehendak yang positif, maka menghasilkan sebuah karya yang di dalamnya mengandung hikmah atau pesan yang positif.Â
Mengolah rasa menjadi karya, adalah mengelola rasa (kepekaan, empati, perasaan, dan sebagainya) menjadi energi positif untuk menjadi sebuah hasil karya yang sarat pesan dan makna.Â