Sejarah Jalur Rempah, harus menempatkan relasi ekonomi dan kekuasaan politik, yang menempatkan kebesaran nusantara di mata dunia.Â
Rekonstruksi sejarah Jalur Rempah, semestinya menempatkan para penguasa nusantara, raja-raja, Sultan, para orang kaya, para saudagar, para syahbandar dalam kacamata sebagai subyek decision maker bagi kejayaan nusantara.Â
Sejarah jalur rempah, bukan semata episode heroik tentang para pedagang dan penguasa manca negara datang berdagang.Â
Mengambil komoditi dan menjualnya kembali ke negara asal dan negara lainnya, sedangkan para penguasa nusantara hanya sebagai mitra dagang atau counterpart.Â
Sebaliknya konstruksi sejarah Jalur Rempah, menempatkan para decision maker itu sebagai penguasa yang membangun relasi hingga ke wilayah-wilayah seberang melampaui batas-batas negara.Â
Kita tidak hanya berhenti pada Sumpah Palapa, Gajah Mada yang melakukan ekspansi hingga ke wilayah Filipina, atau diaspora Syech Yusuf hingga ke Afrika Selatan.Â
Sejarah terus bergulir, dan puncak-puncak perkembangan sejarah tidak berhenti sampai pada pada kolonialisasi zaman VOC saja.
Membangun Kejayaan Masa Lalu Dalam Cara Pandang Kekinian
Saatnya merekonstruksi kembali sejarah bangsa, yang menempatkan Indonesia lebih tinggi dan terhormat.Â
So, dalam konteks ini kita harus memahami bahwa kecanggihan teknologi yang berkembang saat ini, harus ditempatkan sebagai hasil dari pelajaran dan pengalaman masa lalu.
Keberhasilan Tiongkok dan Jepang di masa kini, adalah citra diri masa kini yang dibangun melalui basis kebudayaan masa lalunya.Â