Sementara sejarah tentang relasi kekuasan penguasa Nusantara ke wilayah luar, sepertinya tenggelam.
Sejarah hanya mencatat perjalanan Syeh Yusuf dari Tanah Makassar hingga ke wilayah Cape Town, Afrika Selatan.
Padahal dalan perkembagan dan puncak-puncak perdagangan rempah Nusantara, sangat dimungkinkan terjadinya relasi niaga, ekonomi dan juga politik dan kekuasaan para pembesar Nusantara ke wilayah-wilayah luar.Â
Semua itu seakan tenggelam dalam sejarah, terkubur oleh sejarah penguasaan bangsa luar ke Indonesia.
Seringkali saya selalu sampaikan bahwa belajar dari masa lalu untuk masa depan gemilang. Apa yang dilakukan oleh negara great power Tiongkok, adalah meletakkan masa lalu dalam cara pandang kekinian.Â
Belt and Road Inisiatif (BRI) adalah sebuah pengulangan atau bisa dikatakan sebagai rekonstruksi tentang kejayaan Jalur Sutra dalam cara pandang kekinian.Â
Demikian juga Jepang, sejak era restorasi Meiji, adalah mengembalikan basis kebudayaannya untuk membangun kebesaran Jepang, yang bertahan hingga saat ini.Â
Rekonstruksi Sejarah Jalur Rempah
Indonesia, punya sejarah kebesaran Jalur Rempah, namun sejarah itu harus dikonstruksikan dengan konsep yang besar pula.
Sejarah Jalur Rempah, perlu dikonstruksikan sebagai sejarah kebesaran nusantara di mata dunia. Â
Bukan semata-mata sejarah tentang kekayaan komoditi yang diperebutkan banyak bangsa lain di dunia.