Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Archi dan Arcil, Film Animasi Arkeologi yang Mencerdaskan

11 Maret 2021   18:34 Diperbarui: 13 Maret 2021   06:32 1841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Film Animasi Arkeologi Petualangan Arcil produksi Balai Arkeologi Yogyakarta. Sumber Balar Yogya via Djualianto Susantio/Kompasiana

Sama halnya film animasi arkeologi produksi Puslit Arkenas dan Balar Yogya, film animasi profuksi Balar Sulut, juga dihasilkan dari hasil rekonstruksi arkeologi berdasarkan hasil riset lapangan yang dilakukan oleh para peneliti di Balai Arkeologi Sulut.

Film animasi Balar Sulut diinisiasi oleh Sriwigati, salah satu peneliti arkeologi yang cukup intens melakukan riset arkeologi di Pulau Sangihe, salah satu pulau terluar di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. 

Film ini menceritakan, bagaimana masyarakat Sangihe dulu bergotong royong membuat meja batu berukuran besar, juga tentang fungsi dan makna meja batu itu dalam budaya dan tradisi masyarakat Pulau Sangihe. 

Melalui film animasi arkeologi itu, kita menjadi paham bagaimana masyarakat Sahinge dulu dalam nelakukan musyawarah dan gotong royong dalam proses pembuatan kubur batu berukuran besar, yang bahan bakunya, antara lain diambil dari tempat yang jauh dari lingkungan pemukimannya. 

Nilai gotong royong dan kerjasama masyarakat masa lampau Sangihe itulah, yang ditonjolkan dalam film animasi produksi Balai Arkeologi Sulawesi Utara itu. 

4. Film Animasi Arkeologi Peradaban Danau Tempe Produksi Balai Arkeologi Sulawesi Selatan

Film ini seperti halnya produksi Balai Arkeologi Sulawesi Utara, merupakan film dokumenter arkeologi yang dibuat oleh Balar Sulsel dalam bentuk animasi. Film ini menjelaskan tentang peradaban Danau Tempe, di Sulawesi Selatan yang terbentuk sekitar 10 ribu tahun yang lalu. 

Peradaban di sekitar Danau Tempe, merupakan peradaban kuno yang bercorak akuatik yang berdampingan dengan peradaban bercorak agraris. Naskah lontarak Bugis menggambarkan bahwa lingkungan Danau Tempo purba merupakan bentang lahan dataran rendah terdiri hutan, perbukitan, sungai-sungai dan padang yang luas. 

Dalam kajian Lontarak Wajo maupun dari hasil riset arkeologi, ada hubungan yang saling menjelaskan fakta bahwa lingkungan masa lampau dengan hasil temuan arkeologi sangat sesuai. 

Masyarakat yang bermukim di Danau Tempe, datang dari berbagai tempat dari pegunungan-pegunungan baik dari bagian utara maupun bagian selatan. Migrasi ini karena bentang lahan di sekitar Danau Tempe merupakan wilayah yang subur untuk mengembangkan kehidupan pertanian. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun