"Lihat saja sendiri mas, jam delapan restoran sudah gelap, memang mereka sudah tutup sejak pandemi, hanya dijaga satpam saja, lampunya pun hanya dinyalakan bagian terasnya saja. Pemiliknya sudah lama meninggalkan Denpasar" kata Bli Gde menjelaskan.Â
Katanya, saat normal para investor berbondong-bondong datang ke Bali, buka usaha dan mengambil keuntungan dari Bali sebagai pusat pariwisata Indonesia dunia. Begitu pandemi, situasi tidak menguntungkan, para investor itu menutup usahanya, merumahkan karyawan dan meninggalkan Pulau Bali.Â
"Tapi, namanya investasi ya begitulah, tidak mungkin investor bertahan dalam situasi begini, kalau usaha sepi karena pandemi, jadi mereka mungkin sementara menutup usahanya, sampai situasi normal kembali" kata Bli Gde dengan logat Denpasarnya yang kental.Â
Cerita lucu juga mengenaskan, juga saya dengar dari Bli Gde, ia menceritakan seorang pengusaha kecil yang memiliki usaha restoran dan hotel kecil. Akibat pandemi, usahanya bangkrut, karena perputaran uang macet, penghasilan seret.Â
Sementara pengusaha itu harus menutupi biaya operasional dan juga pengembalian pinjaman bank untuk perputaran usahanya. Ketika pandemi, pengusaha itu stress dan mengalami gangguan kejiwaan. Cerita yang miris, namun suatu fakta yang terjadi akibat pandemi.Â
Situasi yang secara gamblang dapat kita lihat fenoemenanya di Bali. Hal ini karena Bali memang tempat sebagai pusat untuk setiap orang menanamkan invetasi bidang usaha jasa, karena Bali adalah pusat pariwisata.Â
Tempat di mana turis baik luar negeri maupun domestik menjadi tuan yang baik. Namun dampak pandemi, hampir merusak segalanya, menyulitkan iklim usaha di sana.Â
Demikian juga jasa trasnportasi. Bli Gde mencontohkan dirinya, sejak pandemi, penghasilan tidak menentu, padahal penghasilan hanya tergantung dari banyaknya tamu yang meminta jasa antaran dari taxinya.
Hari ini saja katanya, baru mengantar saya, artinya seharian baru dapat satu kali mengantar penumpang. Biasanya, hari-hari normal, taksinya bisa bolak balik dari pagi sampai malam, mengantar tamu. Pandemi, betul-betul membuat susah, sepi untuk jasa transportasi.Â