Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Makna Simbolik Bungkamnya Pemimpin Dunia atas Kemenangan Joe Biden

10 November 2020   20:45 Diperbarui: 11 November 2020   06:03 2324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris sebagai presiden dan wakil presiden Amerika Serikat (AS) terpilih membuat keduanya banjir ucapan selamat dari para kepala negara seluruh penjuru dunia (Kompas). 

Meski demikian, ternyata tidak semua pemimpin dunia sudah mengucapkan selamat kepada pasangan Presiden AS terpilih itu. Dalam berbagai media, disebutkan beberapa Presiden atau pemimpin dunia masih bungkam. Ataupun belum mengucapkan selamat atas kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris. 

Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Pangeran Mohammed bin Salman dari Arab Saudi, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. Presiden Rusia Vladimir Putin pun belum mengeluarkan pernyataan terkait kemenangan Biden-Harris. Senada dengan Rusia, bahkan Pempin Cina  Xi Jinping pun juga belum menyampaikan selamat kepada Biden dan Kamala (Kompas).

Kecuali Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, yang sudah mengemukakan alasannya, yakni masih menunggu sampai semua masalah hukum yang berkaitan dengan pilpres selesai. Pemimpin dunia lainnya sama sekali bungkam, belum menyampaikan sepatah katapun. Demikian, jika menyimak isi berita di berbagai media nasional. 

Apakah bungkamnya para pemimpin dunia itu berarti diam? Ya, tentu saja tidak. Bungkamnya pemimpin dunia itu sendiri sudah merepresentasikan secara simbolik bahasanya. Bungkam bukan berarti diam, tetapi berkata-kata dalam bahasa simbolnya yang bungkam. 

Diam itu emas, itu ungkapan umum yang sering kita gunakan, untuk memberikan simbol bahwa lebih baik diam, daripada tidak paham. Oleh karena itu simbol diam itu emas, tentu saja tidak berlaku pada simbolisme bungkam para pemimpin dunia.

Dalam suatu dialog umum, diam juga dianggap setuju ataupun tidak tahu. Bisa pula diam dianggap sebagai bentuk bahasa simbolik memposisikan diri netral. Nah, sekali lagi itu sepertinya hanya sesuai jika berlaku pada konteks simbolik bahasa dalam dialog umum, masyarakat pada umumnya. 

Namun, dalam konteks diam atau bungkamnya para pemimpin dunia terhadap berita kemenangan Joe Biden, tentu saja harus dipahami sebagai bentuk dialektika yang lebih kompleks. 

Tidak semata-mata diam sebagai simbolisme diam itu emas, karena tidak tahu atau tidak paham persoalan, jadi lebih baik diam. Juga bukan dalam pengertian, diam karena setuju, yang tidak perlu dibahasakan secara verbal, karena motif mencari posisi lebih aman. Atau diam dalam pengertian netral, tidak memihak, juga dalam konteks mencari posisi lebih aman. 

Bungkamnya pemimpin dunia, bukan berarti diam, namun bungkam adalah bahasa simbolik bagi pemimpin dunia. Tidak bisa diartikan sebagai diam, dalam bahasa orang awam atau dialog biasa, yang tidak berkonotasi yang lebih luas dan kompleks. 

Hal ini karena Presiden atau pemimpin dunia itu sendiri secara fisik atau ragawi saja sudah mengandung simbol, merepresentasikan sebuah negara atau pemerintah. 

Lalu apa makna simbolik bungkamnya beberapa pemimpin dunia, yang beberapa diantaranya adalah negara-negara besar sekaligus pesaing terberat Amerika Serikat seperti Cina dan Rusia? 

Dalam rilis terbaru beberapa media menuliskan, setali tiga uang dengan Meksiko, alasan Cina belum memberikan selamat, karena masih menunggu seluruh proses Pemilu AS,  tuntas.

Apakah bungkamnya para pemimpin negara besar itu bersetuju dengan Trump yang belum menerima kemenangan Joe Biden? Tentu jika ada yang menjawab seperti itu, bisa diterima. Namun pernyataan-pernyataan diplomatis beberapa wakil negara besar itu, tidak bisa semata-mata diartikan sebagaimana yang tertulis dalam rilis media. 

Lantas apa yang menyebabkan mereka masih bungkam? Ada banyak pemahaman makna simbolik yang bisa ditafsirkan. Namun sekali lagi, bungkamnya beberapa negara besar atas 'kemenangan Joe Biden' mengandung dialektika yang kompleks, yang bisa menjadi discourse yang panjang. 

Diskursus yang cerdas, didasarkan berbagai analisis terhadap makna simbolik yang bisa merepresentasikan konteks relasi antara negara-negara besar itu dengan Amerika Serikat, masa kepemimpinan Donald Trump. 

Faktanya pula, dalam proses pemilu AS tersebut, bagaimanapun memang belum betul-betul final, karena sistem electoral di Amerika Serikat yang lebih rumit dibanding negara lainnya. 

Jika negara lain, contohnya di Indonesia, sudah bisa dipastikan Joe Biden menang, karena total popular vote, hasilnya sudah diketahui. Di Indonesia, pemenang hanya didasarkan semata-mata hasil suara terbanyak rakyat pemilih. Hal ini berbeda dengan AS, yang kemenangan juga ditentukan oleh electoral college. 

Secara electoral college pun Biden dan Harris sudah menang. Meski demikian, sampai sekarang Rusia dan Cina, belum mau mengucapkan selamat kepada pasangan Joe Biden dan Kamala Harris. 

Saya tidak perlu lagi mengulas soal hasil pemilu AS, namun respon beragam para pemimpin dunia, atas kemenangan Joe Biden. Sebagian besar pemimpin dunia sudah mengucapkan selamat, namun justru rival terbesar Amerika, yaitu Cina dan Rusia belum mau mengucapkan selamat, alias bungkam. 

Apa yang bisa kita baca dari bungkamnya mereka itu? Ini yang ingin saya ulas dari kacamata yang mungkin agak berbeda dari yang sudah banyak diungkap di berbagai media. 

Selain karena belum ada hasil yang diumumkan resmi, adapula ulasan yang mengatakan karena untuk menjaga hubungan baik dengan Trump selama ini oleh beberapa Presiden negara lain.

 Ada juga alasan karena hubungan personal yang dekat, sebagaimana ulasan media terhadap sikap Putin, yang dianggapnya karena Putin adalah sahabat yang cukup dekat dengan Trump.

Sikap yang berbeda, ketika Trump memenangkan pemilu AS atas Hillary di tahun 2016. Satu jam setelah hasil perhitungan suara berakhir, Putin langsung memberi selamat kepada Donald Trump. Sementata untuk Biden, Putin masih bungkam, meskipun perhitungan suara dimenangkan Biden. 

Bahkan adapula ulasan, kekhawatiran negara-negara atas sikap Trump, setelah ucapan selamat kepada Joe dari para pemimpin dunia, karena Trump masih berkuasa setidaknya selama 75 hari sampai hari yang menentukan pada tanggal 20 Januari 2021. 

Ada kekhawatiran sikap Trump yang menggunakan sisa-sisa hari dalam kekuasaannya untuk mengambil kebijakan bagi negara-negara yang pemimpinnya mengucapkan selamat kepada Biden. Demikian, berbagai ulasan yang dapt kita baca di media. 

Apakah benar demikian? Saya yang awam soal politik, tidak melihatnya demikian. Bungkamnya para pemimpin dunia, yang adalah justru negara-negara besar yang selama ini dikenal sebagai pesaing Amerika seperti Rusia dan Cina, justru belum mau mengucapkan selamat.

Negara sebesar dan sekuat Rusia dan Cina, pasti sudah punya hitung-hitungan tersendiri dengan situasi seperti ini. Jika di berbagai media, berbagai silang pendapat terjadi, ada yang merasa diuntungkan dengan kekalahan Trump. Ada pula yang justru merasa dalam posisi tidak menguntungkan jika Trump kalah. 

Semua analisa itu didasarkan pernyataan-pernyataan di publik baik yang disampaikan Trump maupun Biden dalam berbagai kesempatan menanggapi posisi Amerika terhadap Rusia dan Cina. Pernyataan-pernyataan di publik, lalu diulas atau dituliskan kembali oleh berbagai media, adalah fenomena panggung depan politik global. 

Namun yang pasti, hitung-hitungan mereka (Rusia dan CIna), tidak seperti yang diulas di berbagai media. Ada gesture politik yang berbeda, yang belum terbaca dengan sikap bungkamnya Rusia dan Cina. Tampaknyaa, fenomena bungkamnya Rusia dan Cina, mengarah pada mulai terkuaknya panggung belakang, yang selama ini masih tersembunyi. 

Seperti yang saya tuliskan di awal, bungkamnya para pemimpin dunia itu bukan berarti diam, sebagaimana orang awam pahami. Diam itu emas, netral, tidak tahu atau tidak paham. 

Sepertinya bukan itu. Menurut saya, bungkamnya Cina dan Rusia terutama, adalah bahasa simbolik, bukan hanya karena masih menunggu hasil resmi, tetapi bisa jadi mereka (Cina dan Rusia) juga  merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. 

Tentu saja ada kontekstualisasi dengan fenomena yang terjadi selama ini, tentang sepak terjang Trump selama menjadi Presiden AS.

Trump adalah sosok yang berbeda di mata Rusia dan Cina. Kemenangan Joe Biden berdasarkan hasil perolehan suara Electoral College, adalah hitungan matematis, persoalan angka-angka statis berdasarkan regulasi yang AS terapkan, soal itu sudah jelas Biden sudah menang. 

Tapi, ada fenomena lain yang bagi Rusia dan Cina, kemungkinan yang mereka pikirkan. Misalnya, soal gugatan Trump atas hasil perhitungan suara itu, bisa menjadi kalkulasi tersendiri bagi Cina dan Rusia.

Juga fenomena Trump yang tetap ngotot sebagai pemenang dan bahkan melayangkan gugatan karena merasa dicurangi. Bagi negara demokrasi yang lain, mungkin kita bisa saja meremehkan gugatan itu. Tapi ini Donald Trump Bung! Ini Amerika Serikat, Bung! 

Semua orang tahu, semua negara dana bangsa di seluruh dunia tahu, Amerika Serikat sampai saat ini, bisa dikatakan menentukan nasib dunia internasional. Amerika Serikat masih satu-satunya negara super power, polisi dunia, yang sepak terjangnya, bisa mempengaruhi seluruh dunia. 

Dan fenomena ini, di tengah berbagai krisis dunia, tentu bukan soal yang remeh. Tampaknya kalkulasi ini menjadi pertimbangan sendiri bagi negara sebesar dan sekuat CIna dan Rusia. 

Fenomena pemilu AS, adalah fenomena yang sangat berbeda, hari-hari ini, di tengah berbagai krisis, persaingan global, resesi bahkan ancaman depresi ekonomi di berbagai belahan dunia. Ini bukan main-main! 

Tampaknya Rusia dan Cina, tidak semata-mata menyandarkan hitung-hitungan pada angka-angka semata, pada hasil perhitungan suara semata. Namun implikasi yang ditimbulkan setelah hasil perhitungan suara itu. 

Mereka bukan menunggu hasil perhitungan suara resmi, tapi menunggu langkah taktis dan strategis yang dilakukan oleh Trump, dan terutama hasil dari langkah Trump itu! 

Yang pasti bungkamnya Rusia dan Cina, adalah gesture politik yang berbeda dari apa yang tampak di panggung depan, yang tertulis di berbagai media. Namun, ada kalkulasi berbeda, yang akan menguak panggung belakang fenomena politik global. 

Demikian, ocehan saya kali ini. Ocehan seorang yang tidak paham politik, namun sekedar menganalisa bahasa simbolik dari bungkamnya Rusia dan Cina, dua negara besar rival utama Amerika Serikat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun