Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayah dan Anak Perempuan, dari Mitos hingga Budaya

8 November 2020   23:10 Diperbarui: 26 April 2021   13:51 22949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian juga dalam proses terbentuknya alam, kelahiran dan kejadian. Dalam pandangan kosmologis yang saya pahami, selalu dibutuhkan unsur keseimbangan. Demikianlah kelahiran dan kejadian terbentuk dan terjadi. 

Dalam alam kepercayaan masyarakat di Nusantara, bahwa keseimbangan kosmos memainkan peran dalam pembentukan budaya dan tingkah laku manusia. 

Ayah adalah laki-laki simbol langit dan ibu adalah perempuan simbol bumi. Maka, keseimbangan tercipta. Demikian pula seterusnya, relasi laki-laki sebagai ayah dan perempuan sebagai ibu, menyatu dan melahirkan proses kejadian dan kelahiran seorang anak. 

Maka, seterusnya anak perempuan akan mirip dan dekat dengan ayahnya, merupakan proses penciptaan keseimbangan kosmos yang berlanjut. Demikian pula anak laki-laki yang mirip dan dekat dengan ibunya, adalah juga proses penciptaan keseimbangan kosmos. 

Jadi dalam fenomena ayah dan anak perempuan, dalam pandangan kebudayaan, adalah tentang pandangan kosmologi atau alam semesta, yang mensaratkan proses kehidupan itu lahir karena relasi dan keseimbangan.

Oleh karena itu, mitos tentang anak perempuan mirip dan dekat dengan ayahnya, itu bukan semata-mata hanya soal kepercayaan tentang mitos, namun alam bawah sadar kita memang sudah terbentuk secara kosmologis. Proses penciptaan alam semesta yang berhubungan dengan keseimbangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun