Pesan ini juga sama dengan Pidato Kebudayaan Presiden Joko Widodo pada Pembukaan PKN itu, yang berpesan kepada kita agar terus menjaga bumi kita dengan sehormat-hormatnya.Â
Kita juga berdiri di atas ring of fire, yang memnbuat negeri kita rawan bencana. Semua ini adalah tantangan yang nyata, dan selama beradab-abad nenek moyang kita sudah bersahabat dengan kondisi tantangan itu.Â
Menjaga harmoni dengan alam lingkungan, membangun kebudayaan dan nilai keutamaan di atasnya. Itulah yang mebuat bangsa Indonesia tangguh, menghargai perbedaan dan kaya budaya.Â
Ketika menghadapi pandemi covid19, memori kebudayaan masyarakat tangguh bencana  kembali hidup. Lebih dari 8 bulan masyarakat memupuk solidaritas dan gotong royong menghadadapi bencana pandemi.Â
Banyak masyarakat kembali menggali kearifan lokal, membuat jamu sebagai alternatif penguatan imunitas tubuh. Budayawan dan pekerja seni mengembangkan kreasi untuk menghibur. Berkarya dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Â Semua bekerja untuk kelangsungan hidup bangsa.Â
Bumi adalah sahabat kita, kepadanya juga senantiasa kita berdialog dengan leluhur yang mengajarkan kepada kita, berdialog dengan bumi untuk menjaga semesta. Kita dan bumi tak terpisahkan. Napas bumi adalah napas kita.Â
Demikian Mendikbud Nadiem Makarim dalam sambutannya. Merdeka dalam keharmonisan adalah tujuan. Harmoni tidak hanya dengan sesama manusia, juga dengan bumi di mana kita berpijak. Napas bumi adalah napas kita. Napas Bumi.Â
Mas Menteri juga mengatakan, menjadi orang merdeka adalah juga dengan menghormati kemerdekaan itu sendiri. Masyarakat yang merdeka, adalah sah satunya bertanggungjawab menjaga bumi, alam dan lingkungannya. Kita ada bukan untuk menjajah bumi.Â
Dan aku dengan segenap napasku
mengekalkan segala ingatan tentang bumi
Yang dengan doa kujejaki
dengan cinta kuhuni
di bumi