Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Sumpah Pemuda dalam Konteks Ruang dan Waktu Keindonesiaan

28 Oktober 2020   21:44 Diperbarui: 28 Oktober 2020   23:43 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jogja.tribunnews.com

Kepelbagaian atau kemajemukan memerlukan ruang dinamis dan membuka dialog dengan berbagai kalangan lintas agama, sosial, ekonomi, politik, budaya, sebagai manifestasi dari filosofi kemajemukan itu sendiri yang selalu berusaha mejauh dari jebakan penyempitan wawasan paradigmatiknya.

Dengan pemahaman ini, kemajemukan semestinya diformulasikan sebagai tatanan sosial yang mengakomodasi ruang-ruang keberagaman identitas yang sekaligus memungkinkan bagi terintegrasinya keberagaman itu sendiri.

Jika kemajemukan Indonesia,  dipahami pula sebagai diversitas kultural (keanekaragaman budaya), maka persentuhan dengan budaya luar, tentu menciptakan interaksi dan akluturasi. Dengan demikian kepelbagaian didalamnya juga bersangkut paut dengan masalah integrasi budaya. 

Dimana budaya yang berbeda-beda dan beragam, bertemu dalam wilayah yang sama, yang telah memiliki kebudayaan asli dan diantara kebudayaan-kebudayan itu saling berbaur dan saling mengisi.   Bahwa kedaulatan Indonesia, merupakan sebuah keniscayaan tumbuh dari dan tertanam dalam tubuh kemajemukan.

Pengalaman budaya (cultural experience) yang telah berlangsung sejak manusia pertama kali mengenal migrasi, ribuan tahun lalu hingga masa sejarah datangnya masyarakat dan pedagang-pedagang asing seperti China, Arab dan bangsa-bangsa Eropa. 

Proses peradaban yang menyejarah itu telah menjadikan Nusantara itu sangat majemuk, berasimilasi dengan penduduk Nusantara, seperti Bugis, Makassar, Minahasa, Buton, Jawa, Bali, Sumatra dan sebagainya. 

Jika kita menyelami dengan sungguh-sungguh ruh kebudayaan, sejatinya ditengah keberagaman tak ada harmonisasi sosial yang semu, semua nyata terangkai sebagai hasil sebuah pengalaman budaya. 

Negara bangsa ini lahir melalui berbagai pengalaman sejarah dan budaya yang teramat panjang, dengan berbagai dinamika budaya yang amat kaya. Pengamalan dan kearifan masa lalu teramat berharga untuk dipetik pelajarannya.

Ikrar Sumpah Pemuda menjadi semacam reminder, pengingat bahwa proses Keindonesiaan, lahir dari berbagai bentuk perbedaan. Justru karena perbedaan itu, lalu melalui pengalaman bersama dalam proses Keindonesiaan yang menyejarah, menjadikan kesepakatan secara politis maupun kultural itu hidup dalam ruang bersama bernama Indonesia. 

Dibangunnya ruang atau Rumah Keindonesiaan, adalah semacam tempat teduh untuk menyatukan berbagai bentuk perbedaan. Kepelbagaian atau kemajemukan dengan demikian, menjadi filosofi hidup untuk berdampingan dan membangun komitmen bersama membangun Indonesia. 

Para pemuda, baik di masa lalu hingga kapanpun adalah tonggak kokoh untuk mempertahankan Indonesia. Generasi muda yang hidup di jaman sekarang, diharapkan menengok kembali kembara pemuda Indonesia dalam mendirikan nation state, Republik Indonesia ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun