Setiap topik yang saya pilih, saya berusaha memilih topik yang saya pahami benar, sehingga saya juga paham, informasi dan pesan apa yang ingin saya sampaikan.Â
Saya tidak akan memilih Topik Pilihan yang saya tidak bisa mengekplorasi pemahaman saya. Saya juga tidak memilih topik pilihan, hanya karena topik itu memang paling ngetrends sekalipun. Saya tidak memilih Topik Pilihan, sekiranya saya tidak paham informasi dan pesan apa yang ingin disampaikan.Â
Terlebih lagi, saya juga enggan mengulas topik, jika hanya sekedar pengulangan atau hanya bersifat tautologis. Tautologi adalah majas bahasa berupa pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata secara berlebihan dan tidak perlu (wikipedia).Â
Saya pernah menulis tentang topik pilihan PSBB DKI Jakarta. Saya mencoba mengulasnya menurut cara pandang budaya. Saya berani mengangkat topik itu, karena saya membayangkan, bahwa sudut pandang budaya belum ditulis oleh orang lain.Â
Saya ingin menulis topik itu dalam sudut pandang yang berbeda. Alhasil, tulisan saya diberi label AU oleh Kompasiana, karena mungkin sudut pandang budaya dalam melihat PSBB DKI Jakarta, dianggap spesifik.Â
Saya juga pernah mengulas tentang topik Waspada Banjir, juga dalam sudut pandang budaya dan arkeologi. Saya berani menuliskan topik itu dalam kacamata sebagai arkeolog, karena ada data riset atau informasi yang bisa saya sampaikan.Â
Selain itu juga pesan tentang pelajaran dari masa lalu yang bisa dipetik hikmahnya. Sesederhana apapun tulisan kita, sepertinya informasi dan pesan itu, menjadi ruh yang menghidupkan tulisan kita.Â
Menulis Topik Pilihan, kita ibaratkan saja menulis pesanan, namun tetap harus menyampaikan pesan. Ada makna yang hidup, pesan jiwa yang mengandung nilai penting, mengapa sebuah topik kita tulis.
Setiap topik yang mengandung pesan, kita hidupkan dengan informasi. Karena informasi dan pesan selalu berkelindan, terkait satu sama lain dan tak bisa dilepaspisahkan.Â
Kompasiana sudah berusia 12 tahun, saya baru menjadi kompasianer baru sekitar 4 bulan. Rasanya saya terlambat sekali memanfaatkan momen dan ruang yang tersedia. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.Â