Di dalam konsep diri tersebut dua diantaranya diwujudkan dalam bentuk empati dan dukungan, yang ditunjukkan oleh kita sebagai orangtua terhadap anak. Juga sebaliknya, secara langsung ataupun tak langsung, sadar ataupun tanpa disadari anak-anak kita juga menunjukkan empati dan dukungan terhadap orangtua.Â
Komunikasi timbal balik antar anak dan orangtua itulah, menciptakan keakraban dan kehangatan. Ada perhatian dan kasih sayang yang terlihat nyata, melalui komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Jadi komunikasi kita dengan anak adalah bentuk interaksi sosial sekaligus bersifat kultural.Â
Hal ini karena bentuk tingkah laku kita. Dibiasakan dan menjadi laku sehari-hari, minimal di lingkungan sosial terkecil yaitu keluarga, yang terdiri ayah, ibu, dan anak-anak kita.Â
Nah, dalam hal demikian, hubungan atau komunikasi kita dengan anak, baik komunikasi verbal maupun non verbal atau secara simbolik. Salah satunya dengan bermain bersama atau menyambut dengan pelukan saat kita pulang ke rumah berjumpa anak-anak. Itu semua adalah perilaku yang sebenarnya membangun mentalitas yang kuat.Â
Kacamata saya melihat, bahwa kedekatan ini menjadi konsep diri, bahwa menjadikan diri kita dan anak-anak kita sebagai individu-individu yang saling mendekatkan diri karena ada cara pandang yang sama soal diri kita itu. Yaitu tentang nilai yang sama akan keakraban, kehangatan dan cara menunjukkan yang sama untuk itu.Â
Atau dengan kata lain begini, ketika kita merasakan bahwa kita membutuhkan suasana keakraban dan kedekatan, lalu demikian pula anak-anak. Maka menurut kita pelukan adalah jawaban soal itu.Â
Bentuk komunikasi atau interaksi simbolik lalu dipahami secara bersama. Maka sebenarnya demikian kita membentuk konsep diri yang sama dan anak-anak.Â
Konsep diri yang sama, lalu menjadi perilaku sehari-hari yang dengan sendirinya menciptakan kehangatan dan keakraban. Sebenarnya disitulah posisi terapi mental bermain. Karena baik kita maupun anak, memiliki konsep diri yang sama dan ditunjukkan dengan keinginan cara berkomunikasi atau melakukan interaksi bersama.Â
Perilaku Budaya Positif sebagai Terapi Kesehatan Mental
Berikutnya, pernahkah sahabat memiliki pengalaman, saat anak kita memasuki bangku sekolah untuk pertama kalinya? Pengalaman saya, saat anak saya memasuki lingkungan baru untuk pertama kalinya. Ia akan menengok ke arah kita, memastikan bahwa kita ada di dekatnya.Â
Setelah kita memandangnya dengan lekat dan tersenyum seraya mengangguk. Maka anak kita akan tenang dan percaya diri untuk melanjutkan aktivitasnya.Â