Meski tim tidak menemukan gambar cadas, namun bukti-bukti adanya pemukiman kuno ditemukan di daerah aliran Sungai Tala itu. Kumpulan beberapa dolmen atau baju meja, sebaran gerabah dan keramik, membuktikan pemukiman di daerah aliran sungai pada masa lampau sudah ada.Â
Asumsinya, jika di daerah pesisir, terdapat pemukiman di daerah aliran sungai, kemungkinan semakin ke hulu semakin tua peradabannya. Sayang sekali sampai hari ini, belum ada penelitian lanjutan untuk menelusuri wilayah lebih ke hulu dari sungai Tala itu.Â
Dalam soal ini, yang penting untuk dilakukan pertama kali oleh para arkeolog adalah peta morfologi Pulau Seram. Hal ini dilakukan untuk mengetahui, titik aliran sungai dan percabangannya. Mengingat di Pulau Seram banyak sekali sungai yang mengalir dari daerah pegunungan ke pesisir.Â
Mempelajari peta sangat penting, untuk menelusuri titik-titik persinggungan atau pertemuan ketiga sungai yang saya sebutkan sebelumnya. Apakah benar bahwa Sungai Sapalewa, Eti dan Tala itu memiliki titik pertemuan hulu sungai yang sama, seperti halnya yang dipercaya dalam mitologi Nunusaku.Â
Di tahun 2012, Puslit Arkenas, pernah mencoba untuk meneliti peradaban prasejarah di Pulau Seram. Penelusuruan Puslit Arkenas itu masih sebatas menjangkau di wilayah pesisir di Pulau Seram, pesisir bagian utara. Di Bagian utara, ada muara sungai Sungai Sapalewa yang disebut pula dalam mitos Nunusaku.Â
Adalah Jatmiko, arkeolog yang populer karena bersama tim Asutralia menemukan Manusia Homo Florensiensis di Liang Bua Flore, juga pernah menjelajahi pesisir utara Pulau Seram.Â
Dari ujung barat hingga ujung timur pesisir utara Pulau Seram. Temuan yang menarik kala itu, adalah jejak peradaban prasejarah di daerah aliran sungai Sapalewa.
Selanjutnya, sebelum saya meninggalkan Maluku, salah satu arkeolog yunior saya di awal tahun 2019, mencoba melakukan penelitian arkeologi yang bersifat eksploratif dan seperti layaknya ekspedisi.Â
Tujuannya adalah menemukan jejak-jejak kampung lama di wilayah pegunungan Binaya setinggi 3035M. Gunung tertinggi di Pulau Seram, juga Kepulauan Maluku.Â