Mohon tunggu...
Wuri Handoko
Wuri Handoko Mohon Tunggu... Administrasi - Peneliti dan Penikmat Kopi

Arkeolog, Peneliti, Belajar Menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki dan Perempuan, Langit Bumi dan Simbol Jagat Raya dalam Tradisi Budaya Nusantara

9 September 2020   17:18 Diperbarui: 9 September 2020   17:09 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan dan Simbol Bumi

Nusantara memang kaya budaya, juga kaya akan simbol-simbol budayanya. Hidup dalam aura budaya lokal yang kaya makna, juga keagungan, sebagai bagian dari tradisi budaya lokal. Penuh makna dan ungkapan-ungkapan yang tergambar sebagai kecerdasan lokal (local genius), terus hidup dan bersifat turun temurun. 

Banyak kepercayaan lokal yang hidup di Nusantara ini menggambarkan karakter dan jatidiri bangsa Indonesia yang kaya budaya dan beragam tradisi yang lekat dalam ingatan, meskipun dalam wujud budaya yang semakin memudar. Namun ingatan kolektif sebagian masih tertanam dalam memori dan kognisi. Alam berpikir masyarakat lokal, banyak kali masih menunjukkan betapa kehidupan dan kearifan lokal masa lalu, masih terus berkembang. 

Saya ingin mengulas soal posisi kaum wanita, kaum ibu dalam panggung budaya di Nusantara, setidaknya apa yang saya ketahui dari berbagai fenomena budaya masa lampau yang hari ini masih diwariskan. Beberapa lalu saya mengulas Perempuan dalam Peradaban di edisi Kompasiana sebelumnya.

Bukti-bukti arkeologi memperlihatkan eksistensi perempuan sejak masa prasejarah. Adanya pembagian tugas berdasarkan gender menunjukkan kemampuan perempuan mengemban tugas tertentu. Seiring perjalanan waktu, perempuan semakin memperlihatkan eksistensinya di tengah masyarakat. 

Artinya, perempuan atau kaum wanita sejak masa lalu menjadi subyek peradaban yang sangat penting dan terus memainkan perannya dalam kancah perjalanan budaya, lalu lahirnya peradaban-peradaban yang lebih maju hingga ke zaman modern ini. Peran perempuan selalu mendapat tempat, meskipun fenomena peminggiran hak dan posisi perempuan seringkali juga terjadi. 

Namun perkembangan modern saat ini, posisi perempuan semakin mendapat tempat terhormat. Terutama dalam proses politik dan pengambilan keputusan, kaum perempuan memiliki ruang dan bahkan menguasai ruangnya sendiri. 

Jika menyelami dengan benar hakekat wanita atau perempuan dalam prosesnya menjadi kaum ibu, kearifan lokal mengajarkan bahwa simbolisasi kaum perempuan itu menempati posisinya yang sakral. Ini sangat jelas, dalam makna yang terkandung pada kata per-empu-an saja, dapat diartikan sebagai yang di-empu-kan, yakni makhluk yang dihormati dan dimuliakan. 

Dalam konsep tradisi dan budaya leluhur, budaya lokal yang lahir dan tumbuh sejak masa lalu, kaum perempuan lahir dan tumbuh dalam kerangka proses penciptaan, kelahiran dan keseimbangan, sama halnya kaum lelaki atau kaum pria. Kaum perempuan memiliki peran yang sama dalam proses budaya itu. 

Laki-laki dan Perempuan, Langit dan Bumi dalam Keseimbangan Kosmos

Konsep keseimbangan, antara lelaki dan perempuan dalam proses penciptaan dan kelahiran, Yin dan Yang misalnya. 'Yang' sebagai simbol energi maskulinitas kaum pria, mendapatkan titik keseimbangannya ketika bertemu dan menyatu dengan energi feminitas 'Yin' sebagai simbol perempuan. Menyatunya Yin dan Yang adalah energi keseimbangan dalam proses penciptaan dan kelahiran. Tanpa penyatuan keduanya, tidak akan pernah ada proses penciptaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun